Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI dan Korea Selatan sepakat untuk menjajaki pembentukan konsorsium bilateral bagi produksi dan alih teknologi pesawat latih. Pembentukan konsorsium itu akan dibahas dalam panitia bersama RI-Korea Selatan yang telah dibentuk pada 2005.
Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan hal itu ketika dikonfirmasi ANTARA News usai menerima Kepala Staf Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) Jenderal Kim Eun-Gi di Jakarta, Jumat.
Juwono mengatakan, konsorsium itu akan menjajaki pesawat latih jenis apa saja yang bisa dikerjasamakan pembuatan oleh kedua pihak.
"Terkait itu, kami juga akan menggandeng BUMNIS terkait, dalam rangka alih teknologi serta pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri," kata Juwono.
Pelibatan BUMNIS terkait itu, tambah Menhan, dilakukan sejalan dengan upaya pemerintah untuk pengadaan pinjaman dalam negeri.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Chaeruddin Ray mengatakan, melalui konsorsium itu maka hubungan kedua negara dalam hal ini angkatan udara kedua pihak menjadi sama dan seimbang.
"Setidaknya Korea Selatan juga mau membeli produksi pesawat Indonesia, sehingga industri strategis kita menjadi lebih berkembang. Seperti kita membeli pesawat dari mereka selama ini yakni KT-1B dan ke depan KO-1," katanya.
Sebaliknya, Korea Selatan juga sempat menggunakan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
"Jika konsorsium ini bisa dibentuk dan berjalan, maka kebutuhan akan pesawat latih dapat dipenuhi dengan lebih mudah dan murah," kata Chaeruddin.
TNI AU yang sedang berencana mengganti sejumlah pesawat tempurnya, menetapkan Korea Selatan sebagai salah satu produsen untuk mengganti pesawat tempur taktis OV-10 Bronco.
Uji kinerja calon pengganti OV-10 Bronco telah dijajaki dan kini berada di Departemen Pertahanan untuk ditindaklanjuti.
Dari lima jenis yang diajukan ada dua nama yang menjadi calon kuat yakni EMB-314 Super Tucano dari Brasil dan KO-1 (Korean Observation) dari Korea Selatan. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008