Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan rupiah diperkirakan bisa mencapai angka Rp9.400 per dolar AS karena besarnya tekanan negatif pasar, akibat ketatnya likuiditas di pasar uang maupun pasar modal. "Ketatnya likuiditas di pasar uang dan pasar modal memberikan dampak negatif terhadap pergerakan rupiah, sehingga merosot tajam terhadap dolar AS, katanya di Jakarta, Jumat. Menurut Edwin, di pasar modal telah terjadi penjualan saham oleh fund manager untuk membeli dolar AS, setelah mata uang asing itu di pasar global mengalami kenaikan yang cukup tajam. Kenaikan dolar AS dipicu oleh membaiknya harga minyak mentah dunia yang saat ini mendekati angka 100 dolar AS per barel, katanya. Membaiknya harga minyak mentah itu, lanjut dia, diharapkan akan memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik lagi yang selama ini tersendat-sendat akibat kenaikan harga minyak mentah dunia itu. "Kami optimis dengan membaiknya harga minyak mentah itu maka ekonomi akan makin tumbuh dengan baik," ucapnya. Jadi, katanya, faktor fundamental di dalam negeri sebenarnya cukup bagus dan tidak ada kaitan dengan merosotnya rupiah. Apabila harga minyak terus membaik hingga di bawah angka 100 dolar AS (di bawah angka Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara) RAPBN, maka percepatan pertumbuhan ekonomi akan menjadi kenyataan, katanya. Di pasar uang, sektor perbankan mengalami kesulitan likuiditas, akibat penyaluran kredit yang berlebihan yang tidak diimbangi dengan perolehan dana pihak ketiga (DPK) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah. Penyaluran kredit perbankan mencapai 35 persen sepanjang tahun ini dibanding tahun lalu yang hanya 20 persen, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung makin melambat, tutur Edwin.Soal BI Rate Ditanya mengenai BI Rate, menurut dia kenaikan bunga BI Rate itu diharapkan tidak mendorong perbankan juga menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga bank dinilai sudah cukup tinggi, apabila dinaikkan, maka para debitur kemungkinan akan kesulitan untuk mengembalikan dana pinjaman itu, katanya. Dunia usaha akan mengalami kesulitan untuk berkembang, karena tingkat suku bunga bank terus meningkat. Untuk sementara perbankan bisa menahan diri agar dunia usaha bisa bernapas sesaat, katanya. Ia mengatakan, kondisi ini menekan rupiah terpuruk hingga menembus angka Rp9.300 per dolar AS yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga ke level Rp9.400 per dolar AS. Tekanan pasar saat ini makin meningkat, karena perburuan terhadap dolar AS berlanjut, ujarnya. Rupiah pada sesi Jumat pagi mencapai angka Rp9.320 per dolar, dua menit kemudian turun lagi menjadi Rp9.326 dan saat ini telah mencapai posisi Rp9.330 per dolar. Posisi rupiah itu diperkirakan akan terus merosot karena pasar makin panik, ujarnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008