Pada 2018 lalu angka stunting di TTS mencapai sebanyak 15.130 orang namun hingga November ini sudah berkurang menjadi 52 persen atau sekitar 14.000 lebih, katanya ketika dihubungi Antara dari Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan, kasus penderita stunting di daerah itu dapat ditekan hingga seribuan orang dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan terakhir.
Baca juga: Kasus stunting banyak ditemui keluarga menikah usia muda
Menurut dia, penurunan angka stunting ini cukup menggembirakan setelah berbagai program atau gerakan yang gencar dilakukan pemerintah maupun pihak non-pemerintah di daerah itu.
"Gerakan ini terutama menyentuh langsung pada perbaikan gizi ibu-ibu hamil maupun setelah melahirkan, kemudian perbaikan pola hidup, kebersihan, dan lainnya," katanya.
Bupati Epy Tahun, masalah stunting merupakan persoalan serius yang dihadapi pemerintahannya karena jumlah penderita berada pada posisi yang tinggi dibandingkan daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Untuk itu, dia memastikan pemerintahannya terus melakukan intervensi berupa perbaikan asupan gizi pada ibu dan anak untuk menekan angka stunting di massa mendatang.
Upaya intervensi ini, lanjutnya, dengan mengerahkan seluruh perangkat kesehatan mulai dari Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, maupun Dinas Kesehatan di daerah setempat.
Ia menambahkan, upaya menurunkan stunting di kabupaten setempat juga didukung berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat dengan banyak program kegiatan yang menyasar masyarakat di desa-desa pelosok.
"Kerja penanganan dari berbagai pihak yang sudah menunjukkan hasil penurunan kasus stunting ini terus dilakukan sehingga ke depan kami berharap angkanya bisa ditekan secara signifikan," katanya.
Baca juga: Prevalensi balita dengan gizi kurang dan anak kurus menurun
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019