kenapa anak muda tidak peduli dengan Pancasila

Jakarta (ANTARA) - Penggiat anti radikalisme Haidar Alwi mengingatkan radikalisme sedang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga pemerintah dan masyarakat diminta melawan secara bersama.

"Semua sudah kasat mata, bahayanya sudah di depan mata dan kita harus berbuat untuk membumihanguskannya," kata dia saat diskusi tentang Pahlawan Anti Radikal Untuk Indonesia Maju di Jakarta, Jumat.

​​​​​​Ia mengingatkan dengan semakin nyatanya ancaman radikalisme di Tanah Air, seluruh elemen masyarakat diminta untuk waspada dan tidak terlena karena dapat membahayakan keutuhan negara.

Baca juga: BNPT: Ciri radikalisme dan terorisme tidak dari cara berpakaian
Baca juga: Maman: Halau radikalisme dengan peningkatan dakwah

Ancaman tersebut, diperkuat dengan adanya pertemuan kongres Ulama Islam se-dunia di Teheran, Iran beberapa waktu lalu yang menyebut bahwa radikalisme akan menghancurkan tujuh negara.

"Enam negara sudah selesai tinggal Indonesia yang belum dihancurkan," katanya.

Ia mengatakan ISIS dan Al-Qaeda sudah dihancurkan oleh yang menciptakannya.

Namun, saat ini radikalisme lahir untuk merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Hal tersebut bisa saja terjadi di Tanah Air sehingga semua pihak diminta hati-hati.

"Kita harus siap-siap dan menangkal radikalisme untuk menumpasnya dari Indonesia secara serius," ujar dia.

Menurut dia, langkah pemerintah saat ini sudah cukup baik untuk memerangi radikalisme. Salah satunya yaitu kebijakan Presiden Jokowi yang membubarkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Baca juga: Sebut negara darurat radikalisme, GP Ansor ingin di garda terdepan
Baca juga: Kapolri diingatkan tangani ancaman Pancasila dengan demokratis

Pemateri lainnya, Bambang Sulistomo yang juga anak kandung pahlawan nasional Bung Tomo mengatakan pemerintah perlu menggali lebih jauh sebab terjadinya radikalisme.

Semua pihak, sepakat bahwa radikalisme yang mengingkari nilai-nilai kemanusiaan, sosial, keadilan harus dilawan. Hanya saja menurut Bambang, perlu pembahasan kenapa tindakan itu muncul di tengah masyarakat.

Berdasarkan penelitian mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), terdapat ratusan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah tidak peduli dengan Pancasila dengan berbagai alasan.

"Saya jadi berpikir kenapa anak muda tidak peduli dengan Pancasila," katanya.

Hasil penelitian tersebut, kata dia, bisa saja pemerintah belum mampu secara maksimal mewujudkan masyarakat Pancasila yang baik, adil dan melindungi rakyat serta menyejahterakan.

"Jangan-jangan karena itu, kita tidak berhasil mewujudkan masyarakat Pancasila sehingga muncul ide yang bertentangan dengan Pancasila," katanya.

Baca juga: Muhammadiyah: Kurangi dosis pembicaraan radikalisme
Baca juga: Penggantian "radikalisme" perlu diperjelas agar tak sempitkan makna
Baca juga: Radikalisme salah kaprah di negara Bhinneka Tunggal Ika

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019