Yogyakarta (ANTARA News) - Karakter seorang perempuan secara tidak langsung menjadi faktor internal yang akan mempengaruhi pilihan politik mereka khususnya pada Pilpres 2009. "Apakah perempuan tersebut memiliki karakter otonom atau justru tergantung pada lingkungannya, akan berpengaruh pada pilihan mereka nanti," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Dwipayana, di Yogyakarta, Kamis. Perempuan dengan karakter otonom, menurut Ari, akan lebih memilih figur dan isu yang dilontarkan oleh calon pemimpin. "Mereka memiliki kemandirian dalam memilih pilihannya dan biasanya karakter perempuan seperti itu terdapat dalam masyarakat urban," katanya. Namun Ari tidak menutup kemungkinan bila perempuan yang berkarakter otonom justru tidak menggunakan hak pilihnya (golput) karena merasa proses elektoral yang selama ini berjalan di Indonesia tidak berdampak besar bagi kehidupan mereka. "Kondisi seperti itu sudah tidak aneh lagi karena sudah merupakan kecenderungan dalam lima tahun terakhir," katanya. Sedangkan perempuan yang cenderung memiliki karakter tergantung pada lingkungannya juga akan meneruskan sikap itu dalam menentukan pemberian suaranya. Sikap seperti itu membuat perempuan lebih suka menunggu keputusan pilihan dari lingkungan terdekatnya, baik itu ayah atau suami dan masyarakat di sekitarnya. "Misalnya, suaminya memilih figur X menjadi pemimpin, maka secara sosiologis ia juga akan mengikuti pilihan suaminya itu," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008