Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua DPR RI Akbar Tandjung menegaskan, dirinya tidak berminat lagi untuk kembali menduduki jabatan sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, yang saat ini masih disandang Jusuf Kalla. "Sudah berkali-kali saya katakan, tidak lagi ada keinginan untuk menjadi ketua umum Partai Golkar, sudah cukup. Saya sudah menawarkan diri pada tahun 2006, tenaga dan pikiran akan saya curahkan sepenuhnya bagi kemajuan partai. Tapi kenyataannya rekan-rekan saya lebih memilih orang lain, Jusuf Kalla, dan saya hormati itu," katanya di Jakarta, Kamis. Akbar, dalam Munas Partai Golkar pada Desember 2004, digantikan oleh Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, dalam pemungutan suara. Menurut Akbar, pengabdiannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar sudah cukup dan tidak ada minat lagi untuk kembali menduduki posisi tersebut. "Tetapi sebagai orang yang pernah memimpin partai dan berkecimpung, kalau sebagai penasihat boleh saja," katanya. Ketika ditanya tentang dugaan adanya gerakan yang ingin mengganti kepemimpinan Jusuf Kalla di Partai Golkar, Akbar mengetahui tidak tahu soal itu. "Tetapi soal konflik terbuka itu bisa saja. Kalau mau merebut kepemimpinan harus menunggu pada Munas yang akan datang. Semuanya harus dilakukan sesuai mekanisme konstitusional organisasi. Di Munas itu, boleh apa saja secara terbuka ikut dan mempersiapkan diri, bila terpilih itu wajar saja dalam politik dan demokrasi," katanya. Akbar juga membantah bahwa orang-orang dekatnya banyak yang tidak puas dengan kepemimpinan Jusuf Kalla karena "tersingkir" dari pencalonan anggota legislatif Partai Golkar. "Saya tidak bisa mengatakan seperti itu sepenuhnya, karena ada juga yang tidak begitu dekat dengan saya tapi tidak merasa puas dengan hasil pencalonan yang ada sekarang ini. Saya kira terlalu menyederhanakan kalau itu seolah orang yang dekat dengan saya," katanya. Mundurnya Yuddy Menyangkut mundurnya Yuddy Chrisnandi sebagai caleg Partai Golkar, Akbar mengatakan, dirinya menghormati sikap dan pendapat seseorang dalam berpolitik dan tentunya sikap itu memiliki dasar yang cukup kuat, sesuai dengan pandangan politiknya. "Saya berpendapat bahwa memang dalam penetapan pencalegan, setiap partai betul-betul melihat kadernya mempunyai prestasi, dedikasi yang tinggi dan loyalitas yang cukup dan itu menjadi tolak ukur penempatan menjadi caleg," katanya. Bagi kader yang memiliki kriteria tersebut, katanya, seyogyanya ditempatkan di nomor urut satu atau dua, sebagai apresiasi partai terhadapnya. "Saya menilai bahwa ada beberapa orang kader Golkar yang baik, seharusnya mereka mendapat tempat yang sesuai dengan pengabdiannya seperti Ferry Mursyidan Baldan, saya dengar dia tidak mempunyai nomor kecil tetapi nomornya agak besar, walaupun pada akhirnya soal dukungan suara terbanyak," katanya. Ketika disinggung soal keinginannya untuk maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada 2009, Akbar mengatakan, jika peluang untuk itu ada, khususnya melalui Konvensi Partai Golkar, maka dirinya akan ikut dalam Konvensi itu. "Kalau konvensi partai golkar mau diadakan tentu saya mempunyai keinginan untuk ikut dalam konvensi itu. Tentu saya akan membaca ketentuan dan peraturan serta persyaratannya. Itu merupakan peluang saya untuk ikut," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008