New York (ANTARA News) - Euro turun di bawah 1,44 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Januari, Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), tertekan sentimen memburuknya kinerja ekonomi zona euro sehingga memicu kekhawatiran bakal timbulnya resesi. Di New York, euro terhadap dolar AS ditutup turun menjadi 1,4492 dari penutupan sebelumnya 1,4517. Sebaliknya, terhadap yen Jepang, dolar AS turun menjadi 108,27 yen. Mata uang tunggal Eropa sempat merosot ke posisi terendah 1,4385 dolar atau depresiasi 10 persen dari rekor tertinggi 1,6038 dolar yang dicetak pada 15 Juli. "Euro turun di bawah level harga 1,4400 untuk pertama kalinya sejak 22 Januari karena Eropa tengah menuju resesi," kata John Rivera, analis pada Forex Capital Markets. Uni Eropa mengumumkan bahwa kinerja perekonomian 15 negara zona euro merosot 0,2 persen dalam kuartal kedua, sebuah kontraksi pertama sejak zona mata uang tunggal dibentuk pada 1999. Fakta ini mendorong Bank Sentral Eropa (ECB) bertemu Kamis ini yang diduga pasar akan membicarakan kemungkinan penurunan suku bunga. Namun, ECB justru diprediksi banyak kalangan akan mempertahankan suku bunga pada 4,25 persen karena lebih mengkhawatiri melambungnya inflasi. "ECB diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan besok, namun Ketua (Jean-Claude) Trichet dan anggota komite akan mendapatkan tantangan keras dalam meneguhkan sikap mereka menstabilkan harga," kata Rivera. Andrew Busch dari BMO Capital Markets mengatakan depresiasi euro adalah lonceng peringatan bagi seluruh dunia. "Penurunan euro membuat para pengelola cadangan devisa negara (bank sentral) mengkhawatirkan stabilitas persentase (denominasi) euro mereka," kata Busch. Sementara itu, dolar AS sendiri masih berdepresiasi terhadap beberapa mata uang dunia menyusul rilis survai ekonomi dari Federal Reserve yang menyatakan perekonomian AS masih terhuyung-huyung akibat lesunya sektor properti (perumahan), kesulitan kredit dan berkurangnya belanja konsumen, di sampin tekanan inflasi yang tinggi. Laporan itu hanya menyebut ada indikasi kecil mengenai adanya perbaikan dalam trend penurunan ekonomi yang berkepanjangan ini. Mata uang Inggris, poundsterling terpukul ke rekor terendah baru terhadap euro dan mendekati posisi terendah 2,5 tahun terhadap dolar AS karena berita suramnya ekonomi Inggris yang diperkirakan akan mengantarkan negara ini jatuh ke dalam resesi akhir tahun ini. Bank Sentral Inggris (BoE) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada 5,0 persen. "Amblasnya sektor properti dan pernyataan Chancellor of the Exchequer (Alistair) Darling tentang pertumbuhan ekonomi Inggris yang terburuk dalam 60 tahun, maka propsek (naiknya) suku bunga dan investasi pun suram," kata John Kicklighter pada Forex Capital Markets. Di perdagangan New York ini juga, dolar menyusut 1,1061 terhadap franc Swiss dari penutupan Selasa pada 1,1063 franc, sedangkan terhadap pound turun menjadi 1,7767 dolar dari 1,7829 dolar AS. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008