Ottawa (ANTARA News) - Tiga prajurit Kanada tewas dan lima lain cedera dalam serangan gerilya terhadap kendaraan lapis baja mereka di Afghanistan, kata militer Kanada, Rabu.
Serangan bom itu terjadi di distrik Zhari di wilayah Afghanistan selatan pukul 09.30 waktu setempat, kata Brigjen Dennis Thompson, panglima pasukan Kanada di Kandahar.
"Prajurit-prajurit tersebut sedang melakukan patroli keamanan ketika serangan itu terjadi," katanya. "Seluruh delapan prajurit itu diungsikan ke Pangkalan Udara Kandahar dimana tiga orang dinyatakan tewas oleh petugas medis."
"Dari kelima prajurit yang cedera, satu orang dilaporkan berada dalam kondisi kritis, satu dalam keadaan serius namun stabil, dua dalam kondisi baik, dan satu lagi telah mendapat perawatan dan diizinkan pulang," katanya.
Prajurit-prajurit yang tewas itu seharusnya mengakhiri tugas mereka di Afghanistan akhir bulan ini, kata Thompson.
Gerilyawan menemukan kelemahan di lapis baja kendaraan militer mereka, kata perwira tinggi Kanada itu, yang menambahkan, "Kadang-kadang gerilyawan beruntung."
Kanada tetap menempatkan pasukannya yang berkekuatan 2.500 orang di wilayah Kandahar sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO. Sejak awal misi mereka pada 2002, 96 prajurit Kanada dan satu diplomat tewas di Afghanistan.
Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan sekutu mereka.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO, demikian AFP.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008