Seluruh rangkaian Mawayang 2019 ini dialihbahasakan ke tiga bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Seluruh penerjemah tersebut berasal dari civitas UGM

Sleman (ANTARA) - Balai Budaya Minomartani, Kabupaten Sleman bekerja sama dengan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar Mawayang 2019 pada 7 sampai 8 November 2019 bertempat di Balai Budaya Minomartani.

"Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Wayang Dunia (HWD) yang jatuh pada 7 November," kata Ketua Panitia Mawayang 2019, Andhi Wisnu Wicaksono di sela pembukaan Mawayang 2019, Kamis, di Sleman, Yogyakarta.

Ia menjelaskan berbagai acara akan disajikan untuk memeriahkan acara tersebut, di antaranya pameran Kayon karya Ki Utoro Widayanto, pergelaran wayang, dan seminar internasional.

Hari pertama, kata dia, diisi dengan karawitan Kecubung Sakti dengan mengusung dua dalang cilik, yakni Ki Pandanalas Damar Wicaksono dan Ni Elisha.

"Pergelaran hari pertama diakhiri dengan penampilan kelompok wayang kancil dari 'Negeri Sakura', Magica Mamejika asuhan Ananto Wicaksono," katanya.

Hari kedua diawali dengan seminar internasional dan "lecture demo" yang digagas Sekolah Vokasi UGM.

"Seminar menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai negara, seperti Belanda, Singapura dan Jepang," katanya.

Kemudian siang harinya dilanjutkan dengan pertunjukan wayang purwa, wayang orang dan wayang hip-hop.

"Seluruh rangkaian Mawayang 2019 ini dialihbahasakan ke tiga bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Seluruh penerjemah tersebut berasal dari civitas UGM," katanya.

Andhi Wisnu Wicaksono mengatakan, ada sebanyak 17 dalang dan 15 kelompok karawitan yang terlibat dalam rangkaian acara ini.

"Mawayang 2019 merupakan wujud komitmen Balai Budaya Minomartani dalam melestarikan budaya, khususnya wayang. Saya berharap dengan diadakannya Mawayang 2019 ini dapat memupuk rasa cinta masyarakat terhadap warisan leluhur kita," katanya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun saat membuka pergelaran Mawayang 2019 mengatakan bahwa wayang memiliki nilai-nilai luhur yang sarat akan hikmah dan pelajaran tentang ilmu kehidupan.

"Alur cerita dan karakter tokoh-tokohnya merupakan cerminan kehidupan sehari-hari yang penuh makna," katanya.

Maka para generasi penerus bangsa harus dapat memahami makna yang terkandung dalam budaya wayang ini.

"Sebagai upaya pelestarian budaya, Pemkab Sleman terus mengedukasi nilai-nilai budaya mulai dari usia dini. Pada kesempatan yang baik ini saya berharap seluruh pihak dapat ikut berperan serta dalam pembinaan dalang cilik," demikian Sri Muslimatun.

Baca juga: "Wayang Jogja Night Carnival" diproyeksikan jadi ikon karnaval Yogyakarta

Baca juga: Ribuan wayang kapi-kapi beraksi di Tugu Yogyakarta

Baca juga: Wayang hibur pengunjung Pekan Budaya Tiongkok di Yogyakarta

Baca juga: Karnaval wayang perkuat Yogyakarta sebagai kota budaya

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019