Nazran, Rusia (ANTARA News)- Polisi di wilayah Rusia, Ingushetia dengan menggunakan tongkat membubarkan protes anti pemerintah, Selasa, kata seorang aktivis hak asasi manusia, Selasa, dua hari setelah polisi menembak mati seorang pemimpin oposisi.Ingushetia terletak dekat Chechnya dan Ossetia Utara di tengah Kaukasus utara Rusia. Serangan-serangan bom, pembunuhan dan tindakan keras polisi terjadi di Ingushetia dalam 12 bulan belakangan ini dan para pengamat memperkirakan ketidak stabilan itu bisa meluas.Protes itu dimulai sewaktu pemakaman Magomed Yevloyev, pemilik situs Internet oposisi www.igushetiya.ru, yang meninggal Minggu setelah ditembak ketika berada dalam tahanan polisi.Magomed Mutsolgov dari kelompok hak asasi manusia yang berkantor di Ingushetia , Mashr mengatakan polisi datang sekitar puku 05:30 waktu setempat (08:30WIB) untuk membubarkan satu kelompok sekitar 50 orang yang tidur di taman utama di Nazran, kota terbesar Ingushetia. Kendaraan-kendaraan polisi dan militer kemudian dikerahkan untuk memblokir akses ke taman utama, katanya. Para penyelenggara protes kemudian berikrar akan berusaha dan menerobos masuk ke taman itu, Selasa. Tetapi seorang pejabat pers kementerian dalam negeri Ingushetia membantah bahwa polisi telah memaksa para pengunjukrasa meninggalkan lokasi itu dan menegaskan mereka pergi secara damai. "Kami bahkan tidak menahan seorangpun," kata pejabat itu. Yevloyev meninggal dalam tahanan polisi Minggu akibat luka tembak. Polisi mengatakan ia ditembak setelah berusaha merebut senjata seorang perwira, tetapi para pendukungnya dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka tidak percaya penjelasan itu. Pihak berwenang telah berusaha tahun ini untuk menuntut situs internet itu - salah satu dari sedikit sumber-sumber informasi tidak resmi. Yevloyev adalah wartawan Rusia yang paling tinggi kedudukannya dibunuh sejak pembunuhan terhadap pewarta Anna Politkovskaya di apartmennya di Moskow Oktober 2006. Pada juli, Komite Perlindungan Wartawan yang berpusat di New York menyebut Ingushetia sebagai "satu zona yang kacau di mana musuh-musuh pers dapat menyerang wartawan dengan bebas tanpa dihukum, demikian Reuters.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008