Jakarta (ANTARA News) - Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) mengungkapkan, dari sekitar 500 ribu tentara anak-anak di Afrika, 40 persen diantaranya adalah perempuan. Demikian paparan ICRC kepada 175 prajurit TNI Satuan Tugas Korps Zeni TNI Kontingen Garuda XX-F/Monuc-Kongo yang tengah menjalani masa pra tugas di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) Bogor, Selasa. Koordinator Komunikasi ICRC Layla Shtewi mengemukakan, "child soldiers" adalah hal yang paling ditakuti di Afrika, dimana anak-anak berusia di bawah 18 tahun, dilatih dan dipersenjatai untuk membunuh. "Meskipun mereka kadang-kadang masih suka bermain layaknya anak-anak lain di seluruh dunia, namun suatu waktu mereka dapat berubah menjadi `mesin pembunuh` yang menakutkan," tuturnya. Maraknya senjata kecil dan ringan yang beredar di masyarakat ikut mendukung bertambahnya jumlah `child soldier` hingga memperburuk situasi di Afrika. "Di samping itu, dengan banyaknya anak perempuan yang menjadi `child soldier` mengakibatkan mereka menjadi rentan terhadap eksploitasi dunia anak dan pelecehan seksual. Terkait, ICRC meminta semua pihak untuk membantu melindungi dan membela para korban konflik dengan mengedepankan Hukum Humaniter Internasional di seluruh negara termasuk Indonesia. Pengenalan tentang ICRC dan Hukum Humaniter Internasional kepada prajurit Kontingen Garuda XX-F/Monuc-Kongo merupakan rangkaian dari latihan Pratugas yang berlangsung selama 21 hari di Pusdikzi, Bogor. Latihan tersebut merupakan persiapan Kontingen Garuda XX-F/Monuc pimpinan Mayor Czi Sugeng Haryadi Yogopranowo yang akan berangkat ke Kongo awal Oktober 2008 sebagai pasukan pemelihara perdamaian di bawah bendera PBB.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008