Tangerang (ANTARA News) - Pekerja pabrik di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten, mengharapkan kepada pemerintah agar sistem kerja kontrak setiap enam bulan harus dihapus karena hanya menguntungkan pengusaha dan berpeluang pada membengkaknya pengangguran. Beberapa pekerja pabrik di kawasan industri Cikupa, Kabupaten Tangerang ditemui ANTARA, Selasa, mengatakan bahwa sistem kontrak dengan masa beberapa bulan harus dihapus karena hanya menguntungkan pengusaha sementara nasib pekerja berada di ujung tanduk. "Sistem kerja kontrak yang dapat diperpanjang setiap enam bulan sangat merugikan pekerja, maka sebaiknya diubahkan saja minimal setahun," kata Mariman (34) pekerja PT Sb di Balaraja, Tangerang. Menurut dia, bila sistem itu diterapkan, maka pengusaha akan memantau kinerja pekerja pabrik memasuki bulan kelima bila melakukan kesalahan kecil hanya sekali, langsung kontrak tidak diperpanjang. Meski sejak bulan pertama hingga kelima, pekerja telah menjalankan tugas dengan baik, namun akibat kesalahan yang dianggap tidak masuk akal maka upaya menghentikan kontrak terbuka lebar. Sistem kontrak kerja dilakoni buruh dan mereka mau menandatangani kontrak selama enam bulan, akibat tidak ada pilihan lain ditengah sulitnya mencari lowongan. Dia menambahkan, nasib pekerja kontrak seperti sapi perah yang harus bekerja dengan baik dan mampu menghasilkan produk secara maksimal, jika melakukan kesalahan akan mudah diganti dengan buruh lainnya. Namun buruh lainnya, Junaidi (41) asal Tanggamus, Lampung mengatakan, sesungguhnya sistem kontrak bulanan itu tujuannya agar pekerja tidak diangkat sebagai karyawan yang hanya dianggap merugikan termasuk untuk biaya kesehatan, asuransi, serta jaminan sosial lainnya. Dia mengusulkan kepada pemerintah agar menindak tegas pengusaha yang telah mengontrak pekerja dengan cara sistem bulanan, sebab biasanya kontrak dilakukan selama setahun. Selama sistem kontrak bulanan terus diterapkan, maka pekerja tidak tenang menjalankan tugas, karena ancaman untuk diberhentikan sudah berada di depan mata, yang muaranya juga berdampak kepada bertambahnya pengangguran, ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008