New York (ANTARA News) - Harga dunia jatuh lebih dari lima dolar AS di New York, Selasa waktu setempat, atau Rabu pagi WIB, setelah Badai Gustav ternyata tidak seperti yang ditakutkan, hanya menimbulkan sedikit kerusakan terhadap fasilitas energi di Teluk Meksiko.
Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, jatuh 5,75 dolar AS dari Jumat menjadi ditutup pada 109,71 dolar AS per barrel. Harga minyak sempat jatuh ke posisi terendah perdagangan harian pada 105,46 dolar AS.
Pasar New York tutup pada Senin, untuk hari libur umum, ketika Topan Gustav memporakporandakan tepi pantai, dan kemudian melemah menjadi sebuah badai tropis.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun menjadi 104,14 dolar AS pada satu tahapan Selasa, memukul level yang terakhir terlihat pada 4 April. Harga minyak kemudian terhenti pada 108,34 dolar AS, turun 1,07 dolar dari penutupan Senin.
"Gustav telah membuat bahwa pasar energi yang bergairah (bull market) tergantung pada harapan beberapa jenis peristiwa (jenis topan) yang akan terjadi," kata Phil Flynn, analis pada Alaron Trading.
"Sekarang terlihat mungkin itu tak akan terjadi. Karena buktinya badai ini menjadi melemah, pasar akhirnya menghadapi realitas yang terjadi."
Penurunan permintaan minyak mentah karena melambatnya ekonomi global telah mengakibatkan harga minyak turun dalam beberapa pekan terakhir dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS per barrel yang tercapai pada awal 11 Juli lalu.
Menurut Department of the Interior AS (sejenis departemen pekerjaan umum), tidak ada fasilitas produksi minyak di Teluk yang terkena dampak badai pada Selasa, dimana seperempat produksi minyak AS dan 95 persen produksi gas alam "offline".
Andy Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston, Texas, mengatakan bahwa kapasitas kilang minyak yang ditutup hampir tiga juta barrel per hari, 17 persen dari total kapasitas kilang minyak AS.
Meski sektor minyak telah terkait kedatangan Gustav yang mengingatkan kehancuran akibat Badai katrina tiga tahun lalu -- anjungan minyak roboh, kilang minyak terendam banjir, instalasi tak bisa digunakan untuk beberap bulan -- keburukan seperti itu tampak telah terhindarkan.
RMS, sebuah konsultan khusus dalam risiko yang berhubungan dengan bencana alam memperkirakan kerusakan akibat Gustav pada instalasi minyak seharga antara satu hingga tiga miliar dolar AS.
Penurunan harga minyak juga terbatu oleh menguatnya dolar AS. Euro pada Selasa turun di bawah 1,45 dolar, level terendah sejak awal Februari.
Sejak krisis pasar keuangan dimulai setahun lalu, para investor cenderung menjauhkan diri dari dolar, mendorong harga komoditas dalam denominasi dolar menguat. Menurut para analis, kecederungan sebaliknya terjadi saat ini.
Menguatnya dolar membuat harga minyak menjadi lebih mahal untuk para pembeli dengan mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan dan mendorong harga turun.
Karena harga minyak turun, Iran menyerukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memproduksi 40 persen dari produksi minyak dunia, untuk membicarakan kelebihan produksi oleh beberapa anggota dalam pertemuan mereka di Wina pada 9 September.
"Pasokan minyak harus sebanding dengan permintaan dan pengawasan terhadap kelebihan pasokan adalah sebuah isu yang akan ditunjukkan dalam pertemuan OPEC mendatang," Menteri Perminyakan Iran Gholam Hossein Nozari mengatakan kepada kantor berita IRNA.
"Beberapa anggota OPEC meyediakan pasokan ke pasar dengan berlebih dan memproduksi lebih banyak daripada kuota. Oleh karena itu pada pertemuan mendatang para anggota akan meminta penghentian pasokan yang berlebih," tambah dia.
Seratus dolar AS per barrel adalah "sebuah minimum" untuk harga minyak, kata menteri perminyakan Iran, yang negaranya merupakan produsen minyak mentah terbesar keempat di dunia.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008