Tanjungpinang (ANTARA News) - Warga Kota Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepri, merasa resah karena masih ada yang main petasan di saat pelaksanaan shalat tarawih. "Suara petasan itu sangat mengganggu, buat kami terkejut," kata Arta, 28 tahun, warga KM 8 Kota Tanjungpinang. Kekesalan juga disampaikan Sofan dan Adi, warga KM 6 Kota Tanjungpinang. "Sekarang main secara sembunyi-sembunyi. Kami hanya mendengar suara petasan yang mengganggu pendengaran di beberapa tempat, tapi pemainnya tidak ditemukan," kata Sofan. Sementara itu Ardi mengatakan biasanya petasan dimainkan oleh pria remaja. "Ada juga bapak-bapak yang main petasan," ujar Adi. Lili, seorang warga jalan Soekarno-Hatta mengatakan, biasanya petasan dimainkan pada malam hari. "Kadang-kadang mengejutkan pengendara bermotor. Itu kan bisa menganiaya orang," kata Lili. Lili yang sudah memiliki dua anak berusia remaja itu melarang anaknya bermain petasan karena berbahaya dan tidak bermanfaat. Sekitar tiga tahun lalu, kata dia, mata seorang pemuda buta lantaran terkena percikan petasan yang dimainkannya. "Pemuda itu menyesal setelah salah satu matanya buta," kata Lili. Kapolresta Tanjungpinang, AKBP Yusri Yunus mengatakan polisi akan mengamankan pedagang dan pemain petasan yang dapat membahayakan keselamatan orang banyak. Menurut dia, pedagang hanya dibenarkan menjual kembang api yang diproduksi salah satu perusahaan di Indonesia. Itu dimungkinkan tidak berbahaya karena tidak mengeluarkan bunyi. "Kami telah membentuk operasi penyakit masyarakat untuk memberi rasa aman kepada masyarakat, salah satunya menangkap pedagang petasan yang membahayakan keselamatan orang banyak," ujar Yusri. Ia mengimbau masyarakat tidak membeli dan menghidupkan petasan di tempat keramaian karena itu akan mengganggu ketertiban umum. "Lebih baik beli barang lain yang berguna daripada beli petasan," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008