London (ANTARA News) - Harga minyak dunia jatuh pada Selasa ke posisi terendah empat bulan, di bawah 105 dolar AS per barrel setelah fasilitas energi di Teluk Meksiko terhindar dari terjangan Badai Gustav dan mata uang AS menguat, kata para analis.
"Badai Gustav melemah ketika mencapai Pesisir Teluk AS, membuat pasar energi tertekan," kata Andrey Kryuchenkov, seorang analis minyak pada perusahaan pialang Sucden di London.
"Topan yang banyak ditakutkan itu telah turun menjadi sebuah badai tropis dan dolar AS mencapai posisi tertinggi 10 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama (Selasa), juga membantu mendorong harga minyak turun."
Penguatan dolar AS membuat membuat harga minyak menjadi lebih mahal untuk para pembeli yang membayar dengan mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan, mendorong harga menjadi turun.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun menjadi 104,14 dolar AS pada satu tahap pada Selasa, memukul level yang terakhir terlihat pada 4 April. Tak lama kemudian pulih menjadi berada pada 107,30 dolar AS, turun 2,11 dolar AS dari penutupan Senin.
Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, jatuh hingga 10 dolar AS menjadi 105,46 dolar AS per barrel dari level penutupan pada Jumat -- sebuah penurunan yang berlebihan karena pasar hanya menangkap Brent menyusul libur umum di Amerika Serikat pada Senin, dimana pasar-pasar juga tutup.
Harga minyak kemudian mengalam rally kecil menjadi berada pada 108,86 dolar AS, turun 6,60 dolar AS dari penutupan Jumat.
Topan Gustav melemah menjadi sebuah tekanan tropis yang bertiup melintasi Louisiana setelah menerjang Karibia sebagi sebuah badai kuat, kata Pusat Topan Nasional pada Selasa.
Gustav menerjang pantai pada hari Senin (1/9), di sekitar 110 kilometer barat daya Kota New Orleans sebagai topan kategori dua berkecepatan 175 kilometer per jam, namun melemah saat masuk Louisiana dan sudah bisa disebut masuk kategori satu.
"Sementara itu 100 persen produksi minyak mentah di Teluk Meksiko yang ditutup, pada pemeriksaan awal pada kilang-kilang dilaporkan tidak mengalami kerusakan," kata Kevin Norrish, analis minyak pada Barclays Capital.
Ia menambahkan bahwa Shell mengatakan "pihaknya akan berproduksi kembali dalam tiga hingga lima hari kemudian."
Di tempat terpisah pada Selasa, Iran menyerukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membicarakan kelebihan produksi oleh beberapa anggota dalam pertemuan merela di Wina pada 9 September.
"Pasokan minyak harus sebanding dengan permintaan dan pengawasan terhadap kelebihan pasokan adalah sebuah isu yang akan ditunjukkan dalam pertemuan OPEC mendatang," Menteri Perminyakan Iran Gholam Hossein Nozari mengatakan kepada kantor berita IRNA.
"Beberapa anggota OPEC meyediakan pasokan ke pasar dengan berlebih dan memproduksi lebih banyak daripada kuota. Oleh karena itu pada pertemuan mendatang para anggota akan meminta penghentian pasokan yang berlebih," tambah dia.
Penurunan permintaan minyak mentah karena melambatnya ekonomi global telah mengakibatkan harga minyak turun dalam beberapa pekan terakhir dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS per barrel yang tercapai pada awal Juli lalu.
Beberapa anggota OPEC, yang memproduksi sekitar 40 persen dari minyak dunia, telah menunjukkan kekhawatirannya terhadap penurunan harga baru-baru ini, memicu spekulasi bahwa OPEC akan menurunkan produksinya jika harga turun di bawah 100 dolar AS per barrel.
Seratus dolar AS per barrel adalah "sebuah minimum" untuk harga minyak, kata menteri perminyakan Iran, yang negaranya merupakan produsem minyak mentah terbesar keempat di dunia.
Para analis juga mengatakan bahwa ekonomi AS yang sedang dirundung masalah telah menekan permintaan minyak mentah, demikian AFP.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008