Moskow (ANTARA News/AFP) - Krisis energi yang dialami Eropa bertambah parah setelah gagalnya penyelesaian sengketa mendalam antara Rusia dan Ukraina telah membuat ratusan ribu orang memasuki minggu kedua kondisi beku tanpa gas pemanas.
Rusia menantang Uni Eropa dengan menolak memenuhi suplai gas melalui Ukraina di tengah banyak orang Eropa kedinginan dan para menteri energi UE berkumpul di Brussels untuk pembicaraan darurat.
Satu prakarsa Eropa dalam soal pemenuhan suplai gas dari Rusia gagal disepakati setelah Rusia menuduh Ukraina secara rahasia menggagalkan kesepakatan itu sehingga kemudian memperpanjang salah satu krisis energi terburuk di Eropa.
"Saya perintahkan pemerintah untuk tidak menerima dokumen yang ditandatangani kemarin," kata Presiden Rusia Dmitry Medvedev dalam siaran televisi Minggu malam.
"Kami berkewajiban untuk mempertimbangkan dokumen yang sudah ditandatangani itu sebagai tidak sah," kata Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso dan Perdana Menteri Ceko Mirek Topolanek yang menegosiasikan kesepakatan gas itu atas nama kepresidenan Uni Eropa yang semula berharap Rusia memenuhi kewajiban suplai gas dengan segera.
Eropa Tengah dan negara-negara Balkan selama enam hari menderita akibat pemutusan tiba-tiba suplai gas alam Rusia yang membuat rumah-rumah tanpa pemanas dan ditutupnya pabrik-pabrik dan sekolah-sekolah.
"Moskow jelas tidak ada beban apa-apa dan telah berjudi dengan citranya sebagai penyuplai gas terpercaya...demi memperoleh keuntungan ekonomi dan politik," dengan komentar harian dari stasiun tv Rusia, Vremya Novostei.
Sengketa antara dua raksasa eks Soviet, Rusia dan Ukraina, seputar pembayaran dan harga gas membersitkan keraguan mengenai keandalan suplai gas Rusia dimana Eropa menggantungkan diri seperempat dari total konsumsi gasnya.
Para menteri energi Uni Eropa mengadakan pertemuan mendadak di Brussels Senin ini untuk membahas cara-cara mengatasi krisis dan meningkatkan keamanan energi Eropa, kata Menteri Perindustrian Ceko Martin Riman.
Medvedev dan para pejabat senior Rusia lainnya termasuk Perdana Menteri Vladimir Putin menuduh Ukraina telah menambahkan pasal dalam kesepakatan setelah perjanjian itu ditandatangani Rusia dan Uni Eropa.
Putin telah menelepon Barroso Minggu dan menginformasikan bahwa modifikasi yang dimasukkan Ukraina tidak dapat diterima oleh Rusia dan kemudian mengatakan pada Topolanek bahwa Kiev seharusnya menandatangani lagi perjanjian tanpa ada catatan-catatan tambahan.
Juru bicara Komisi Eropa Ferran Tarradellas kemudian menyatakan bahwa Kiev setuju menandatangani lagi kertas kerja meskipun tidak ada konfirmasi dari Ukraina.
Perjanjian itu meragukan kerangka acuan bagi monitoring internasional untuk menguji aliran gas alam melalui jalur pipa Ukraina yang menjadi pintu masuk bagi ekspor Rusia yang besar untuk para konsumennya di Eropa.
Ditengah keberatan Rusia, Valentyn Zemlyansky, juru bicara perusahaan gas nasional Ukraina Naftogaz, seperti dikutip kantor berita Interfax-Ukraina, mengatakan bahwa Kiev tetap bersiap menjadi alur transit gas Rusia ke Eropa.
"Kami konfirmasikan semua jaminan terdahulu mengenai keamanan transit dan berharap itu diawasi oleh para pengamat independen," katanya.
Belum lama sebelum Medvedev mengumumkan penolakan Rusia atas kesepakatan yang telah dimodifikasi, Komisi Eropa menyatakan telah mencatat deklarasi Ukraina yang telah mereka terima sore kemarin.
Juru Bicara Komisi Eropa Ferran Tarrabellas kepada AFP mengatakan bagaimanapun bagi Uni Eropa deklarasi itu setidaknya tidak mengubah isi kesepakatan.
Deklarasi kontroversial Ukraina menandaskan bahwa Ukrain tidak lagi berutang pada perusahaan gas Rusia, Gazprom, dan membantah telah mencuri gas yang diperuntukkan bagi para konsumen Eropa. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009