Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah menyatakan posisi Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) berada dalam posisi aman, meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya defisit untuk pertama kalinya. "Neraca perdagangan cukup aman, memang komposisinya berubah sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Menkeu/Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati usai membuka rakor Tim Optimalisasi Penerimaan Negara di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, saat ini terdapat trend pertumbuhan ekonomi yang masih cukup kuat di mana komponen penunjangnya adalah barang modal, bahan baku, dan bahan konsumsi. "Kita lihat trend impor ini meningkat cukup tajam dalam setengah tahun terakhir," katanya. Dari sisi neraca pembayaran Indonesia yang dikelola Bank Indonesia, menurut dia, memang harus dikelola dengan hati-hati. "Artinya potensi ekspor kita yang masih banyak harus terus digenjot, sedangkan impor yang tujuannya untuk produksi memang tidak bisa dicegah dan punya korelasi positif terhadap total kinerja perekonomian secara makro," katanya. Untuk menjaga neraca pembayaran secara keseluruhan akan berhubungan dengan kemampuan menciptakan lingkungan ekonomi yang baik, sehingga modal yang masuk baik dalam bentuk portofolio maupun investasi asing langsung (FDI) bisa jalan. Mengenai pembatasan konsumsi, Menkeu mengatakan, kalaupun harus dilakukan akan mengikuti rambu-rambu. "Akan dilakukan dalam rambu-rmabu yang sudah kita sepakati bersama seperti AFTA, ASEAN, dan lainnya.""Karena kita tidak bisa melakukan perubahan setiap saat dari tarif atau kebijakan non tarif seperti penetapan kuota. Kecuali untuk hal-hal yang mendesak, itupun kita konsultasikan ke menteri perdagangan mengenai bagaimana `compliance`-nya dengan komitmen internasional," katanya. Sebelumnya BPS melaporkan bahwa untuk pertama kalinya, Neraca Perdagangan Indonesia mengalami defisit 270 juta dolar AS. "Untuk pertama kalinya defisit perdagangan karena ekspor lebih kecil dari impor. Juli 2008 ekspor kita 12,55 miliar dolar AS dan impor 12,8 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Rusman Heriawan.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008