Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore terdepresiasi terhadap dolar As terpengaruh sentimen eksternal.

Terpantau, pergerakan rupiah pada Rabu sore ini menguat 47 poin atau 0,34 persen menjadi Rp14.015 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.968 per dolar AS.

"Mata uang garuda melemah akibat sentimen eksternal. Sentimen yang mewarnai pasar masih seputar perkembangan hubungan AS-China," ujar Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi di Jakarta Rabu.

Ia mengemukakan kedua negara di ambang menyetujui kesepakatan damai dagang fase pertama, dan pasar juga menantikan kepastian kapan perjanjian damai dagang fase pertama akan ditandatangani.

"Salah satu poin yang menjadi perhatian pasar yakni menghapus rencana pengenaan bea masuk untuk importasi produk China senilai 156 miliar dolar AS yang sedianya berlaku 15 Desember," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen bisnis di AS juga meningkat pada Oktober. Indeks sektor non-manufaktur ISM naik menjadi 54,7 dari 52,6 pada September, mengalahkan ekspektasi pasar.

"Sentimen eksternal itu menambah tekanan bagi mata uang rupiah," ucapnya.

Sementara sentimen dari dalam negeri, menurut Ibrahim, relatif cukup positif sehingga menahan tekanan rupiah lebih dalam.

"Pasar oftimistis melihat pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga yang cukup bagus," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, PDB Indonesia pada triwulan ketiga 2019 sebesar 5,02 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp13.992 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.031 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah melemah, tertahan penantian kesepakatan dagang AS-China
Baca juga: Rupiah melemah 21 poin, dekati angka Rp14.000
Baca juga: Rupiah terapresiasi seiring pertumbuhan ekonomi nasional

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019