Jakarta (ANTARA News) - Keluarnya data inflasi Agustus 2008 yang di bawah ekspektasi pasar telah menahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, jatuh tajam, sehingga pada penutupan hanya turun tipis 1,323 poin. IHSG ditutup turun 1,323 poin atau 0,06 persen menjadi 2.164,620 dan indeks LQ45 melemah 0,299 poin atau 0,07 persen ke posisi 449,362. Analis Riset PT Sinarmas Sekuritas Alfiansyah kepada ANTARA News di Jakarta, mengatakan, angka inflasi yang di bawah ekspektasi pasar telah mengangkat kembali indeks BEI setelah sempat turun 30 poin lebih. "Para pelaku pasar pada awalnya mengkhawatirkan tingkat inflasi, sehingga indeks sempat turun 30 poin, namun setelah angka inflasi diumumkan secara berangsur-angsur saham terkoreksi kembali menguat dan akhirnya indeks ditutup turun tipis," jelasnya. Menurut Alfian, pasar memprediksikan inflasi Agustus berkisar 0,8 hingga 1 persen, tetapi Badan Pusat Statistik (BPS) Senin ini telah mengumumkan bahwa inflasi Agustus sebesar 0,51 persen, sehingga inflasi tahun kalendar (Januari-Agustus) mencapai 9,4 persen dan inflasi tahunan (year on year) 11,85 persen. "Angka inflasi inilah yang membuat para pelaku pasar kembali mengakumulasi beberapa saham yang mengalami penurunan," tambahnya. Namun perdagangan saham di BEI masih didominasi yang turun sebanyak 102 efek dibanding yang naik 72 dan 64 tidak berubah harganya. Penurunan indeks BEI ini dipimpin oleh turunnya saham Bumi Resources Rp200 menjadi Rp5.300, Telkom yang terkoreksi Rp150 ke level Rp7.850, Bank Mandiri terkikis Rp25 ke posisi Rp2.800, Indofood tertekan Rp50 ke harga Rp2.200 dan Tambang Timah melemah Rp75 ke Rp2.500. Sedangkan beberapa saham yang naik dan menahan indeks BEI di antaranya Bakrie Plantations yang terangkat Rp110 ke posisi Rp1.170, Bank BRI menguat Rp100 ke level Rp5.950, Bank BCA menambah Rp75 ke harga Rp3.250, Gas Negara naik Rp50 ke posisi Rp2.600 dan Astra Internasional menanjak Rp200 menjadi Rp21.000. Transaksi yang terjadi sebanyak 43.637 kali transaksi dengan volume 1,285 miliar saham dan nilai Rp1,990 triliun. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008