Banjarmasin (ANTARA News) - Pasokan gas elpiji yang masuk melalui distributor dan agen di Banjarmasin belakangan ini ternyata tidak beredar di pasaran bebas, tapi langsung didistribusikan kepada para pemesan yang sudah antri lama bahkan hingga tiga bulan.
Pemantauan dalam beberapa hari hingga Senin tidak terlihat gas elpiji di toko-toko yang biasa menjual bahan bakar tersebut, padahal pihak distributor mengaku pasokan gas elpiji terus masuk ke Banjarmasin.
Seorang karyawan agen gas elpiji mengaku terus menerima kiriman gas elpiji dari distributor, namun pasokan gas elpiji tabung isi 12kg tersebut langsung habis diambil pelanggan yang sudah lama pesan.
Hal sama juga dilakukan agen lain yang harus memenuhi pesanan pelanggan yang sudah lama antri dan titip uang bahkan ada yang sejak tiga bulan.
Gas elpiji tabung isi 12kg dijual agen ke pelanggan termasuk toko-toko seharga Rp110 ribu/tabung.
"Sudah lama, kami tidak keliling ke daerah-daerah, utamanya di kawasan Kayutangi, karena begitu pasokan datang, gas elpiji langsung habis diambil orang yang telah lama memesan," kata seorang karyawan agen gas elpiji.
Apalagi sejak kenaikan harga elpiji diumumkan secara resmi oleh pemerintah, pihaknya baru mendapatkan pasokan gas elpiji pada Senin (1/9) hari ini.
Sulitnya mendapatkan pasokan gas elpiji di agen tersebut, membuat pedagang pengecer mengaku terpaksa menaikkan harga hingga melebihi ketentuan yang ditetapkan.
Site Manager Pemasaran Pertamina Kalsel dan Kalimantan Tengah (Kalteng) Budi Busama, mengungkapkan, kenaikan harga elpiji di Kalsel yang terjadi saat ini, salah satunya diakibatkan oleh kepanikan pasar, sejak pengumuman kenaikan harga gas elpiji.
Selain itu, tambahnya, karena meningkatnya kebutuhan gas elpiji selama Ramadhan, membuat terjadi kelangkaan ditingkat pasaran, sehingga yang berlaku dipasaran adalah hukum ekonomi.
Padahal, sebelumnya, Pertamina telah menambah pasokan gas elpiji untuk Kalsel hingga tujuh metrik ton, dari sebelumnya hanya berkisar 34 metrik ton, kini menjadi lebih dari 40 metrik ton.
Namun kenyataannya, harga di pasaran tetap naik. "Kita berharap ini tidak akan berlangsung lama, karena hanya salah satu efek setelah penetapan kenaikan harga," tambahnya.
Menanggapi tingginya harga ditingkat eceran yang mencapai Rp110 ribu per tabung bahkan lebih, atau sesuai ketentuan pemerintah harga elpiji untuk 12 kilogram hanya Rp69 ribu setelah kenaikan, menurut Budi, itu karena keterbatasan jalur distribusi.
Diungkapkannya, jalur distribusi melalui agen di Kalsel sangat terbatas, sehingga untuk menjangkau daerah-daerah di Kalsel yang cukup luas, terpaksa penjualan melalui toko. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008