Bekasi (ANTARA News) - Warga Bekasi setiap menjelang bulan suci Ramadhan berziarah ke tempat pemakaman umum (TPU), mendoakan arwah keluarga yang telah meninggal dunia agar mendapat ampunan Allah SWT.Pada hari Minggu, sejumlah TPU masih "dibanjiri" warga yang datang berombongan untuk kegiatan ziarah itu, dan kebanyakan para peziarah bersama keluarga menggunakan mobil pribadi.Ny Anwarudin (50), beserta keluarganya, warga Kampung Dua Ratus, Bekasi Timur ketika ditemui usai berdoa di TPU Poncol, Bekasi, Minggu, mengatakan, berziarah itu penting."Saya datang ke TPU ini untuk mendoakan orangtua saya yang meninggal lima tahun lalu, semoga arwah orangtua saya diterima Allah SWT sesuai amal ibadahnya," katanya.Di tempat terpisah, Ny Syaipul (42), warga Bekasi Timur bersama keluarganya beberapa saat setelah berdoa di TPU Perwira mengatakan, tidak hanya setiap menjelang bulan suci ramadhan berziarah. Ia mengaku, selain saat menjelang ramadhan, keluarga Syaiful menyempatkan diri datang ke makam orangtua dua kali dalam sepekan untuk berdoa dan membersihkan dedaunan yang jatuh dari pohon di sekitar makam. "Saya dan keluarga dua kali dalam sepekan berziarah ke makam orangtua saya untuk berdoa," katanya. Selain membaca doa di rumah, ia juga datang langsung ke makam orangtua, karena merasa lebih afdol jika dilakukan di makam dengan harapan lebih khusuk. Banyaknya warga Bekasi yang berziarah di TPU Perwira, Bekasi Utara itu ternyata membawa berkah bagi para pembaca doa di kuburan, sedangkan mengenai besarnya upah tergantung kesepakatan pihak keluarga almarhum. Suwarno (47), pembaca doa musiman di kuburan TPU Perwira, Bekasi Utaramengatakan, hari ini mendapat uang jasa Rp120 ribu tergantung dari banyaknya peziarah yang minta tolong membacakan doa bagi leluhur mereka. "Hari ini saya mendapat uang jasa dari peziarah sekitar Rp120 ribu dan akan saya manfaatkan untuk kebutuhan keluarga," katanya. Biasanya usai membacakan doa, keluarga keluhur memberikan uang jasa berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp25 ribu tanpa tawar menawar.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008