New York (Antara News) - Harga minyak "rebound" atau berbalik naik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa permintaan minyak global akan meningkat sebesar 6,9 juta barel per hari menjadi 104,7 juta barel per hari pada 2023.

Dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di Asia dan kebangkitan kembali industri petrokimia di Amerika Serikat, permintaan minyak global akan meningkat menjadi 104,7 juta barel per hari pada 2023, menurut IEA pada Senin (5/3).

Namun demikian, pertumbuhan produksi minyak dari Amerika Serikat, Brasil, Kanada dan Norwegia dapat membuat pasokan dunia jauh terpenuhi, lebih daripada sekadar memenuhi pertumbuhan permintaan minyak global hingga 2020, tetapi diperlukan lebih banyak investasi untuk meningkatkan produksi setelah itu.

"Kapasitas produksi minyak global diperkirakan tumbuh sebesar 6,4 juta barel per hari mencapai 107 juta barel per hari pada 2023. Berkat revolusi (minyak) serpih, Amerika Serikat memimpin keadaan itu, dengan total produksi cairan mencapai hampir 17 juta barel per hari pada 2023, naik dari 13,2 juta barel per hari pada 2017," kata IEA dalam sebuah laporan tahunan.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 1,32 dolar AS, menjadi menetap di 62,57 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei bertambah 1,17 dolar AS menjadi ditutup pada 65,54 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

(UU.A026/S027)

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008