Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendorong sesama negara berkembang untuk tidak terlalu bergantung pada pasar negara-negara maju sehingga ekonomi dan perdagangan negara berkembang tidak semata-mata ditentukan oleh negara maju.

"Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa tren yang berlaku sekarang dan akan menjadi menonjol di masa depan - untuk produk tanaman kita, ekonomi kita, dan kemakmuran kita - adalah jangan terlalu bergantung pada pasar negara-negara maju," kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar di Jakarta, Selasa.

Pernyataan tersebut disampaikan Wamenlu Mahendra Siregar pada kegiatan Lokakarya Internasional tentang Pertanian untuk Perdamaian (International Workshop on Crops for Peace/IWCP) 2019 yang digelar di Jakarta.

Mahendra menekankan bahwa saat ini sudah waktunya bagi negara-negara berkembang untuk menentukan tren perdagangan dan ekonomi global mengingat sebagian besar negara di dunia merupakan negara berkembang.

Baca juga: Mari Pangestu: Tahun 2020 negara Asia hadapi tantangan lebih berat

"Saya tidak perlu mengingatkan kita semua bahwa mayoritas 10 dan 20 negara dengan ekonomi terbesar saat ini adalah negara berkembang, dan bahkan prospeknya lebih jelas," ujar dia.

"Namun, perdagangan kita, perkembangan kita, rantai nilai global kita, pola pikir kita masih mengikuti pola, yang sudah ketinggalan zaman yang dibentuk sejak sebelum Perang Dunia, di mana negara-negara berkembang hanya memproduksi barang-barang untuk dikonsumsi oleh negara-negara maju," lanjutnya.

Terkait situasi itu, Wamenlu Mahendra mendorong seluruh negara berkembang untuk mengganti dan merevisi pola yang sudah usang tersebut.

Dia juga mendorong semua negara berkembang untuk mengambil pelajaran dari perang dagang dan pertumbuhan perdagangan global yang sangat lambat yang terjadi saat ini di seluruh dunia.

Baca juga: Slowakia sebut perang dagang kesempatan kerja sama dengan Indonesia

"Ini menunjukkan bahwa kecuali negara-negara berkembang mendiversifikasi tren perdagangan kita lebih ke arah domestik, regional, dan ke sesama negara berkembang, maka Anda selamanya rentan terhadap risiko tidak dapat mengadopsi pola pembangunan berkelanjutan yang nyata," ucapnya.

Dia juga menekankan kepentingan penerapan diversifikasi seperti itu pada tren perdagangan untuk produk-produk pertanian.

"Mari kita pastikan bahwa kita memproduksi, memperdagangkan, memasarkan, dan bertransaksi produk pertanian untuk mayoritas populasi global yang membutuhkan produk pertanian secara berkelanjutan dan terjangkau, tidak hanya mengalokasikan terlalu banyak sumber daya langka dan mahal hanya untuk beberapa orang saja yang bertahan hidup," ujar Wamenlu Mahendra.

Baca juga: China: Perundingan dagang dengan AS ada kemajuan

Baca juga: ADB sebut perang dagang suramkan prospek negara berkembang Asia

Manfaatkan perang dagang, Presiden bidik pasar mebel & kayu

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019