Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat, Jumat, menyatakan negara itu tak terkejut dengan tindakan Georgia memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow."Saya tak melihat ada yang mengejutkan dalam hal ini, mengingat kejadian selama tiga pekan terakhir," kata wanita jurubicara Gedung Putih Dana Perino.Perino menyampaikan kembali seruan bagi Rusia agar menghormati integritas wilayah Georgia."Ossetia Selatan dan Abkhazia adalah bagian dari Georgia yang berada di bawah hukum yang diakui PBB, sebenarnya, hukum dan resolusi Dewan Keamanan yang telah didukung oleh Rusia sendiri. Kesatuan wilayah Georgia mesti utuh," kata Perino. Jumat pagi, Georgia mengumumkan akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia, dan Rusia telah menyampaikan penyesalan atas tindakan Georgia tersebut. Georgia, yang terlibat konflik militer dengan Rusia mengenai wilayah separatis Ossetia Selatan dan Abkhazia, telah menjadi sekutu erat AS. Sementara itu Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Jumat, menyeru Uni Eropa agar "sepenuhnya objektif" ketika blok tersebut berkumpul untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi pekan depan guna membahas konflik di Georgia, demikian laporan media Jerman. Uni Eropa harus melakukan "penilaian yang sepenuhnya objektif" pada pertemuan puncak itu Senin, kata Putin dalam suatu wawancara dengan stasiun televisi Jerman, ARD. "Kami bukan tak peduli dengan masalah sanksi," kata Putih dalam wawancara yang diselenggarakan di kota Sochi, Rusia, kata ARD. "Kami berharap alasan itu berjalan." Dalam wawancara tersebut, yang disiarkan Jumat larut malam waktu setempat, Putin juga mengatakan tentara Rusia akan ditarik dari "zona penyangga" di wilayah Georgia segera setelah situasi memungkinkan, kata ARD. "Kami tak memiliki keinginan untuk mempertahankan tentara kami di zona keamanan di seluruh Ossetia Selatan dan Abkhazia untuk waktu lama," kata mantan presiden Rusia itu. Ia menambahkan Rusia ingin melihat kehadiran pengamat dari Uni Eropa dan Organisasi bagi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) di semua wilayah tersebut, demikian Xinhua.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008