Jakarta (ANTARA) - Pengamat energi Komaidi Notonegoro mendukung PT Pertamina (Persero) melanjutkan program pemerintah dalam pemakaian bahan bakar minyak dengan campuran 30 persen nabati atau B30.
"Program B20 pemerintah yang dijalankan Pertamina sudah berlangsung dengan baik dan juga terbukti menguntungkan bagi negara, karena itu perlu dilanjutkan dengan B30," katanya di Jakarta, Selasa.
Pemerintah berencana memulai program B30 pada 1 Januari 2020.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute itu mengatakan peran Pertamina dalam program B20 cukup penting yakni sebagai ujung tombak implementasi kebijakan.
Sejumlah keuntungan program B20 antara lain terbukti menghemat devisa negara dari pengurangan impor bahan bakar minyak jenis solar.
Data Kementerian ESDM menyebutkan, pada 2018, dengan program B20, setidaknya ada sekitar empat juta kiloliter solar disubsitusi dengan nabati berasal dari minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan nilai penghematan devisa negara mencapai 1,88 miliar dolar AS.
Lalu, pada periode Januari-Juni 2019, substitusi solar sudah mencapai 2,9 juta kiloliter dengan nilai penghematan devisa mencapai 1,66 miliar dolar AS. Adapun total target penghematan devisa pada 2019 adalah sebesar tiga miliar dolar AS.
Komaidi melanjutkan keuntungan program B20 lainnya adalah menyerap CPO dalam negeri yang berarti meningkatkan kinerja industri termasuk para petaninya.
"Lainnya, tentunya manfaat lingkungan yang menjadi lebih bersih," ujarnya.
Namun memang, tambah Komaidi, karena hanya melalui berupa pencampuran, program B20 masih menimbulkan kekhawatiran sebagian pengguna atas dampak yang ditimbulkan.
"Karena itu, memang perlu dilakukan sosialisasi secara intensif dan duduk bersama dengan pengguna untuk mencari solusi terbaiknya," katanya.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan sebagai pemegang mandat pemerintah terkait program biodiesel, Pertamina secara aktif mendukung penuh pelaksanaan uji jalan pemakaian bahan bakar B30 dengan menyediakan produk solar berjumlah 66,5 kiloliter.
Selain itu, menurut dia, infrastruktur yang dimiliki Pertamina juga telah siap menjalankan program biodiesel.
"Saat ini kami memiliki 111 terminal BBM yang siap untuk mendistribusikan biodiesel dengan 29 titik pencampuran yaitu 26 TBBM dan 3 kilang," jelas Fajriyah.
Baca juga: Menteri ESDM : B30 siap diimplementasikan awal 2020
Baca juga: Aprobi dukung percepatan mandatori biodiesel
Baca juga: B30 lebih irit dibanding B20
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019