"Anggarannya sangat besar terutama untuk TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) untuk hujan buatan, dan untuk bom air (water bombing)," kata Kepala BNPB Doni Monardo usai memberikan kuliah umum di aula kampus FISIP Universitas Riau (UNRI), Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan BNPB setiap tahun menyiapkan dana siap pakai atau yang kerap disebut dana on call, yang bisa digunakan untuk kedaruratan. Untuk kasus karhutla, dana tersebut digunakan mulai dari upaya pencegahan, sosialisasi sampai dengan penanggulangan.
Pemprov Riau menetapkan status siaga darurat karhutla sejak 19 Februari 2019 selama sekitar selama sembilan bulan dan baru saja berakhir pada 31 Oktober lalu. Berdasarkan data di situs Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, karhutla di Provinsi Riau selama 2019 mencakup area seluas 75.871 hektare (ha), jauh lebih luas dibandingkan cakupan karhutla tahun sebelumnya.
Baca juga: BNPB akan biayai mahasiswa UNRI sosialisasi pencegahan karhutla Riau
Baca juga: BNPB serahkan bantuan 10 pompa air kepada Pemprov Riau
Baca juga: BNPB sebut Kalteng dan Riau masih tanggap darurat
Tahun 2017 dan 2018 kebakaran hutan dan lahan di Riau berturut-turut mencakup area seluas 6.866 ha dan 37.236 ha.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Dr. Agus Wibowo membenarkan bahwa dana on call BNPB digunakan selama status siaga darurat karhutla di Riau. Dana sekitar Rp468,66 miliar itu paling banyak dihabiskan untuk operasi udara.
"Operasi udara kurang lebih Rp400 miliar," katanya.
Operasi udara tersebut adalah bantuan sewa delapan helikopter yang digunakan untuk patroli dan pemadaman api dari udara dengan menjatuhkan bom air (water bombing/WB) di Riau. Total ada 169,57 juta liter air yang sudah dijatuhkan selama operasi heli WB.
"Satu jam heli WB bisa Rp200-300 juta," ujar Agus Wibowo.
Baca juga: BNPB: Indonesia hadapi kemarau dengan suhu terpanas, karhutla marak
Baca juga: BNPB masih siagakan helikopter pengebom air
Baca juga: Kecepatan angin halangi pemadaman karhutla Arjuno-Welirang
Kemudian dana yang habis untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sekitar Rp30 miliar. Operasi untuk menghasilkan hujan buatan ini menggunakan pesawat TNI AU dan teknologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan cara menebar garam. Proses yang disebut menyemai awan tersebut telah menebar 228.916 kilogram garam di langit Riau.
Selain itu, ada pendanaan untuk operasi darat yang menghabiskan kurang lebih Rp38,66 miliar. BNPB pada tahun ini mengerahkan 6.259 personel untuk operasi darat selama siaga darurat karhutla di Riau.
Penerima dana tersebut antara lain untuk operasi di Lanud Roesmin Nurjadin sekitar Rp2,65 miliar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Rp1,1 miliar, Korem 031 Wirabima Rp15,933 miliar, Polda Riau Rp250 juta dan BPBD Kabupaten Indragiri Hilir Rp722,1 juta.
Agus Wibowo mengatakan total ada sekitar Rp2,5 triliun dana on call yang digunakan BNPB untuk seluruh Indonesia. Pada tahun 2020 alokasi anggaran dana untuk kedaruratan tersebut kurang lebih sama seperti di APBN 2019, yakni sekitar Rp4 triliun.
Ia mengatakan penggunaan dana tersebut tetap akan diaudit untuk laporan pertanggungjawaban. "Iya, sampai jam terbang (heli) dan lain-lainnya," ujar Agus Wibowo.*
Baca juga: BNPB: Belum ada penurunan jumlah personel dalam penanganan karhutla
Baca juga: Sumatera Selatan minta tambahan helikopter pembom air
Baca juga: Pemprov minta bantuan BNPB padamkan karhutla Arjuno
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019