"Kami masih melihat kondisi di lapangan, karena setelah kemarau panjang, terjadi kebakaran, kemudian hujan. Ada kemungkinan ikatan tanah rapuh, dan berpotensi terjadi longsor," kata Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan Balai Besar TNBTS Sarif Hidayat di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa.
"Kemungkinan potensi ada, namun sampai saat ini belum ada kejadian longsor atau pohon tumbang," katanya.
Sarif menjelaskan, tim beranggotakan sekitar 20 orang yang terdiri atas petugas Balai Besar TNBTS, warga, dan sukarelawan menyisir jalur-jalur yang rawan longsor di Gunung Semeru.
"Beberapa hari ini hujan cukup deras dan lama di sekitaran Ranu Pani, Semeru. Tim gabungan juga akan melakukan ground check di lapangan," katanya.
Demi keamanan dan keselamatan, Balai Besar TNBTS hingga saat ini belum membuka jalur pendakian di Gunung Semeru, yang berada di Kabupaten Malang dan Lumajang, setelah kebakaran hutan dan lahan di kawasan gunung itu.
Jalur pendakian di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu ditutup total sejak September 2019 akibat kebakaran hutan dan lahan.
Menurut data Balai Besar TNBTS, kebakaran hutan dan lahan meliputi area seluas kurang lebih 131 hektare di gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu.
Baca juga:
Pendakian Gunung Semeru ditutup total akibat kebakaran hutan
Pendakian Gunung Semeru dibatasi hingga Ranu Kumbolo
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019