Kesepakatan tersebut dicapai setelah pemerintah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin (4/11) menyatakan pemerintah mengajukan kertas kerja untuk mengeluarkan AS dari Kesepakan Paris, langkah resmi pertama dalam proses satu-tahun untuk keluar dari kesepakatan global yang memerangi perubahan iklim itu.
Baca juga: Presiden Prancis kunjungi Kota Terlarang Beijing
Tindakan tersebut adalah bagian dari strategi yang lebih luas oleh Trump untuk mengurangi birokrasi pada industri Amerika, tapi dilakukan saat para ilmuwan dan banyak pemerintah di dunia mendesak dilakukannya tindakan cepat guna menghindari dampak terburuk pemanasan global.
Ketika berbicara kepada wartawan di Shanghai saat menyertai Macron --yang melakukan kunjungan kenegaraan ke China, seorang pejabat presiden Prancis menyampaikan penyesalan atas tindakan AS tersebut.
Baca juga: UE rangkul China setelah AS mundur dari Perjanjian Paris
"Kami menyesalkan ini dan ini hanya membuat kemitraan Prancis-China mengenai iklim dan keragaman hayati jadi lebih perlu," kata pejabat tersebut, yang tak ingin disebutkan jatidirinya, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa.
"Teks tersebut, yang akan ditandatangani besok meliputi satu paragraf mengenai tak-bisa-diubahnya Kesepakatan Paris," katanya.
Macron dan Xi dijadwalkan mengadakan pertemuan resmi di Beijing pada Rabu.
Baca juga: Indonesia konsisten ratifikasi Perjanjian Paris
Macron berada di Shanghai untuk menghadiri pameran dagang utama, tempat Xi dijadwalkan menjadi pembicara kunci.
Kesepakatan iklim Paris 2015 mendorong semua negara agar memberi janji yang lebih kuat bahwa mereka bisa melakukan itu.
Baca juga: Trump katakan "sesuatu bisa terjadi" soal perjanjian iklim Paris
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019