Kuala Lumpur (ANTARA News) - Foto-foto kemerdekaan Indonesia dan Malaysia, termasuk pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno, dipamerkan dalam pameran foto kemerdekaan kerjasama Kementerian Penerangan Malaysia dan Departemen Komunikasi dan Informatika RI, yang berlangsung selama 15 hari di Kuala Lumpur.
Pameran foto berlangsung mulai 15 Agustus hingga 1 September 2008 di Pusat Pelancongan Malaysia, Kuala Lumpur dibuka oleh Menteri Penerangan Malaysia Ahmad Shabery Cheek dan dihadiri oleh Dubes RI untuk Malaysia Da`i Bachtiar dan Pemred kantor berita Bernama Yong, Jumat malam.
Yang menarik ialah ketika Menpen Shabery, Da`i Bachtiar dan para undangan melihat foto kabinet RI yang pertama dimana salah seorang menteri menggunakan jas tapi bercelana pendek kemudian di depan mereka berjalan anjing hitam kurus yang membuat semua pengunjung tertawa dan tersenyum.
"Lihat salah seorang menteri gunakan jas tapi celana pendek," kata Ahmad Shabery sambil menunjuk sebuah foto barisan kabinet RI pertama tanggal 4 September 1945 kepada para undangan.
Para pengunjung malam itu juga tersenyum dan kagum melihat foto pernikahan pasangan anak muda Indonesia dengan latar belakang bendera merah putih yang menunjukkan semangat kebangkitan bangsa Indonesia pada saat itu.
Menpen Malaysia mengatakan, pameran foto antara Malaysia dengan Indonesia akan terus dilanjutkan demi merapatkan hubungan kedua negara.
"Kita ini satu rumpun. Satu bahasa. Kemerdekaan Malaysia dan Indonesia pun sama di bulan Agustus makanya kita adakan pameran ini," katanya.
Dubes Da`i Bachtiar mengemukakan permohonan maaf terkait dengan batalnya menteri komunikasi dan Informatika Mohamad Nuh datang ke Kuala Lumpur menyaksikan pameran foto karena sakit dan saat ini juga masih istirahat di rumah sakit.
"Beliau rencananya akan datang ke Kuala Lumpur dan hadir di sini tapi ternyata beliau sakit," katanya.
Ia mengatakan pameran foto ini merupakan upaya kedua bangsa itu saling mengenal sejarah dari rekaman foto. Dengan pameran ini diharapkan saling mengetahui dan memahami sejarah bangsa lain akan semakin meningkatkan hubungan kedua negara makin erat di masa mendatang.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008