Jakarta (ANTARA News) - Perbedaan persepsi dan kesalahpahaman menjadi akar sejumlah konflik antara Indonesia dan Malaysia, demikian penilaian kelompok pakar (eminent persons group, EPG) kedua negara. "Sebenarnya (akar permasalahannya) salah persepsi tetapi itu terjadi karena perbedaan suasana. Mungkin Malaysia sekarang tengah menuju ke perekonomian yang lebih baik," kata perwakilan EPG dari Indonesia Musni Umar seusai pertemuan perdana EPG Indonesia dan Malaysia di Jakarta, Jumat. Musni mengatakan dalam jangka pendek perbedaan persepsi itu dapat menimbulkan kekisruhan antarmasyarakat dan dalam jangka panjang akan merenggangkan hubungan kedua negara. "Akan terasa jauh walau dekat padahal Malaysia dan Indonesia itu, kan, sebenarnya seperti Inggris dan Australia," katanya. Hubungan antara Indonesia dan Malaysia seharusnya lebih baik. "Tetapi kok banyak masalah, itu yang harus dibicarakan," katanya. Ia menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir perbedaan persepsi antarmasyarakat kedua negara telah sampai pada titik yang merisaukan. Musni juga mengatakan media massa juga berperan besar dalam meredam atau menimbulkan perbedaan persepsi antarmasyarakat. "Indonesia sudah demokratis sedangkan Malaysia, kan, belum jadi terkadang timbul perbedaan persepsi. Tidak perlu (media) dikontrol tetapi hendaknya ada pemahaman antarmedia dan masyarakat bagaimana membangun kebersamaan untuk masa depan jadi persahabatan tidak hanya di atas perkataan tapi perbuatan," katanya. Pada kesempatan itu Musni juga menjelaskan bahwa pandangan masyarakat Malaysia terhadap Indonesia pada umumnya bagus. "Bagus kalau menurut saya tetapi di Malaysia memang ada tiga kelompok, ada Melayu, Cina dan India," katanya. Tujuh anggota EPG dari Indonesia yang bertemu dengan EPG dari Malaysia adalah Try Sutrisno, Ali Alatas, Quraish Shihab, Des Alwi, Musni Umar, Pudentia MPSS, dan Wahyuni Bahar. Sedangkan tujuh anggota EPG dari Malaysia yaitu Tun Musa Hitam, Tan Sri Dato Seri Mohd Zahidi Haji Zainuddin, Tan Sri Khoo Kay Kim, Tan Sri Abdul Halim Ali, Tan Sri Amar Haji Hamid Bugo, Datuk Syed Ali Tawfik Al-Attas, dan Datuk Seri Panglima Joseph Pairin Kitingan. EPG Indonesia-Malaysia diresmikan pada 7 Juli 2008 dan merupakan realisasi dari hasil pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi di Putrajaya, Malaysia, pada 11 Januari 2008. Pertemuan kedua kepala pemerintahan itu menyepakati perlunya pembentukan EPG yang beranggotakan tujuh orang dari masing-masing negara. Dalam pertemuan informal EPG disepakati bahwa isu-isu prioritas yang akan dibahas oleh EPG adalah peningkatan hubungan antara masyarakat kedua negara (people-to-people), "misperception" atau persepsi yang salah dan kurangnya pemahaman sejarah kedua negara oleh generasi muda (generation gap). (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008