Bangkok, Thailand (ANTARA) -

Menjelang akhir tugasnya sebagai Ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk tahun 2019, Thailand mencatat sejumlah pencapaian yang disampaikan dalam upacara penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN di IMPACT Arena, Nonthaburi, Senin malam (4/11).

Dalam pidato penutupannya, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha memaparkan kemajuan yang dicapai yaitu, di antaranya pengesahan Pernyataan Visi Pemimpin ASEAN tentang Kemitraan untuk Keberlanjutan, penanganan limbah sampah laut, dan kemajuan dalam menyelesaikan perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).

Di bawah tema “Memajukan Kemitraan untuk Keberlanjutan”, Thailand memimpin ASEAN bergerak maju untuk memanfaatkan peluang revolusi industri keempat guna mempromosikan kemitraan dan keterhubungan di kawasan dan dengan komunitas internasional, serta mewujudkan keberlanjutan di semua dimensi.

“Kerja sama kita telah membuahkan sejumlah hasil nyata,” kata Prayut.

Beberapa pencapaian yang menonjol selama kepemimpinan Thailand ialah pertama, diadopsinya Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on Indo-Pacific), yang merupakan respons ASEAN atas pergeseran geopolitik dan upaya mengurangi persaingan dan konfrontasi antara kekuatan-kekuatan besar di kawasan.

Kedua, ASEAN telah membentuk mekanisme untuk menyelesaikan isu kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar.

Prayut berharap ASEAN terus memainkan peran dalam masalah tersebut, untuk membantu persiapan persiapan pemulangan para pengungsi Rohingya dari penampungan di Cox’s Bazar, Bangladesh.

“Upaya ini memungkinkan ASEAN untuk meletakkan dasar guna meningkatkan kepercayaan strategis secara berkelanjutan, yang akan menjadi dasar bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan ini,” kata dia.

Ketiga, ASEAN bersama lima mitranya yaitu Jepang, China, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru, telah menyepakati negosiasi berbasis teks (text-based negotiations) yang memuat pokok-pokok pengaturan serta hak dan kewajiban para negara RCEP.

Kesepakatan itu dicatat sebagai kemajuan dalam proses perundingan RCEP yang telah berlangsung selama tujuh tahun, meskipun India masih menghadapi masalah dalam negeri yang menyebabkannya urung menyepakati teks tersebut.

Baca juga: China: perundingan dagang Asia ada terobosan

Jika berhasil disepakati dan ditandatangani sesuai target pada November 2020, RCEP akan menyumbang 32 persen dari PDB global, mencakup hampir setengah dari populasi dunia, dan 30 persen perdagangan global.

“Akibatnya, ASEAN akan mendapat manfaat dari peningkatan akses pasar ke mitra dagang,” tutur Prayut.

Selain itu, Thailand juga mendukung upaya ASEAN untuk mengajukan diri menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2034.

Pengajuan tersebut dinilai dapat membantu pengembangan sepakbola, kesehatan, dan sportivitas untuk seluruh warga ASEAN---terutama setelah penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara ASEAN dan Federasi Sepakbola Internasional (FIFA).

MoU yang ditandatangani pada hari pertama KTT ASEAN, Sabtu (2/11), bertujuan memanfaatkan sepakbola untuk membantu meningkatkan pembangunan sosial di kawasan ini.

Kemudian, Thailand telah bekerja untuk memastikan komitmen berkelanjutan ASEAN dan memprioritaskan kerja sama dalam menanggani isu-isu sosial dan budaya, seperti memerangi puing sampah laut, bencana alam, dan masalah perubahan iklim---serta mempromosikan hak-hak anak khususnya dalam memperkuat pendidikan untuk anak-anak sekolah dan remaja kita.

Setelah menyampaikan pidato penutupan, PM Thailand secara simbolis menyerahkan keketuaan ASEAN berikutnya kepada Vietnam, yang diwakili oleh Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc.

Meskipun upacara serah terima telah dilaksanakan, Thailand masih akan melanjutkan perannya sebagai ketua ASEAN hingga akhir tahun, sebelum giliran Vietnam yang dimulai 1 Januari 2020.

Baca juga: Menggemakan semangat kerja sama Indo-Pasifik dalam KTT ke-35 ASEAN

Baca juga: Jokowi apresiasi dukungan negara Asia Timur terhadap AOIP

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019