mempunyai panjang lidah dua kali panjang moncong
Banjarmasin (ANTARA) - Spesies kelelawar lidah panjang (Macroglossus minimus) ditemukan di Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kalimantan Selatan, yang akan berperan penting untuk memperbaiki ekosistem mangrove di pulau kecil tersebut.
"Temuan kelelawar di Pulau Curiak ini merupakan bukti bahwa tempat ini juga menjadi hunian mereka untuk mencari makan khususnya dari famili Pteropodidae.
Spesies temuan yang paling mendominasi yaitu Macroglossus minimus yang mempunyai panjang lidah dua kali panjang moncong, dengan jumlah 27 individu tergolong kelelawar pemakan nektar," kata ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), Amalia Rezeki di Banjarmasin, Senin.
Diduga, pakan utama kelelawar tersebut di kawasan mangrove yaitu pohon rambai (Sonneratia caseolaris) yang mendominasi vegetasi hutan mangrove kawasan tersebut, kata Amalia.
Baca juga: Empat Kelelawar Indonesia Sulit Dijumpai
Baca juga: Tiga spesies baru Kukang ditemukan di Kalimantan
SBI mengungkapkan temuan tersebut saat konferensi internasional biodiversitas dan konservasi lahan basah tropis yang digelar di Banjarbaru, Kalsel akhir pekan lalu.
Sebanyak 48 individu kelelawar ditemukan dalam pengamatan di stasiun riset yang dikelola SBI dengan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Ke-48 individu tersebut terbagi dalam lima spesies yaitu Cynopterus brachyotis, Cynopterus minitus, Cynopterus sphinx, Eonycteris spelaea dan Macroglossus minimus.
Baca juga: Gubernur Kalsel inginkan bekantan mendunia
Ketua Tim Riset Kelelawar SBI Muhammad Rezha Fahlevi mengungkapkan, jenis kelelawar yang paling banyak ditemukan adalah Macroglossus minimus, yang memiliki peran penting dalam ekosistem mangrove di Stasiun Riset Bekantan.
Pengamatan kelelawar (famili Pteropodidae) Macroglossus minimus di daerah lahan basah terutama mangrove yang berada di Stasiun Riset Bekantan, merupakan informasi baru dari banyaknya tempat kelelawar mencari pakan makanan.
Hewan yang beraktivitas malam hari dan jarang diketahui keberadaannya ini memanfaatkan pulau seluas tiga hektare ini sebagai sumber utama pakan seperti pohon rambai (Sonneratia caseolaris) yang berbunga mekar saat malam hari.
Baca juga: BKSDA: Bekantan kian terdesak alih fungsi hutan
Kelelawar ini mempunyai keistimewaan dalam penyerbukan karena lidah mereka yang sangat panjang mempunyai kemampuan untuk menggapai makanan dalam posisi bunga seperti apapun yang tidak bisa dilakukan oleh serangga, burung atapun kelelawar dari pemakan buah, dan serangga.
Keberadaan kelelawar nektar berlidah panjang ini sangat penting bagi ekosistem hutan mangrove di kawasan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak terutama bagi penyerbukan pada tumbuhan mangrove, katanya.
SBI gencar melakukan restorasi mangrove rambai guna memulihkan habitat bekantan di Pulau Curiak. Upaya tersebut didasari pada keprihatinan semakin menyusutnya habitat bekantan di luar kawasan konservasi.
Baca juga: Kalbar waspadai penularan virus melalui kelelawar
Baca juga: Tujuh Anak-anak Tewas Setelah Digigit Kelelawar
Pewarta: Sri Haryati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019