Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, merosot kembali mencapai angka Rp9.150 per dolar AS, setelah beberapa hari lalu menguat, karena pelaku menilai saatnya melepas rupiah untuk mencari gain. "Kenaikan rupiah yang terjadi beberapa hari lalu, memicu pelaku pasar mencari untung (profit-taking), dengan melepas mata uang Indonesia di pasar domestik," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Jumat. Dikatakannya, rupiah mendapat tekanan pasar, karena pelaku melihat pergerakan dolar AS di pasar global yang cenderung menguat menyusul mulai berkurangnya kecemasan terhadap resesi di Amerika Serikat. Jadi penurunan rupiah saat ini dinilai wajar. Selain aksi beli dolar AS oleh pelaku lokal mengikuti pelaku asing, mereka juga membeli dolar karena rupiah telah mengalami kenaikan yang cukup berarti, katanya. Rupiah sempat mendekati angka Rp9.100 per dolar AS, setelah terpuruk hingga di angka Rp9.200 per dolar AS, akibat menurunnya harga minyak mentah dunia hingga di posisi 114 dolar AS per barel. Penurunan harga minyak mentah dunia tidak berlangsung lama yang kembali menguat hingga mencapai angka 117 dolar AS, sehingga mendorong pelaku pasar melepas dolar AS dan membeli rupiah, namun pada level itu rupiah kembali terkoreksi, tuturnya. Menurut dia, dolar AS menguat terhadap euro setelah keluar data pertumbuhan AS yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya yang memberikan kesan bahwa ketakutan terhadap resesi AS menjadi berlebihan. Pada kuartal kedua perekonomian AS tumbuh 3,3 persen, naik dari estimasi awal 1,9 persen, diikuti sebuah kejutan kenaikan pemesanan barang tahan lama dan sentimen konsumen dalam sepekan yang memperlihatkan ekonomi AS bekerja dengan baik. "Sebagian besar dari pertumbuhan itu didorong ekspor," ujarnya. Euro turun tajam menjadi 1,4698 dolar dalam perdagangan terakhir di Eropa dari 1,4765 dolar pada awal perdagangan dan 1,4737 dolar di New York akhir Rabu. Terhadap mata uang Jepang, dolar naik menjadi 109,52 yen dari 109,47 yen. Ia mengatakan rupiah pada sore nanti diperkirakan akan kembali terkoreksi hingga di atas angka Rp9.150 per dolar AS, karena sentimen negatif itu cukup besar. Sentimen negatif itu juga didukung oleh menguatnya harga minyak mentah dunia, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008