New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berbalik arah dan turun tajam Kamis waktu setempat, atau Jumat pagi WIB, karena para pedagang mengabaikan dampak Badai Tropis Gustav yang mengarah ke instalasi energi di Teluk Meksiko. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, turun 2,56 dolar AS menjadi ditutup pada 115,59 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk Oktober menyusut 2,05 dolar AS menjadi terhenti pada 114,17 dolar AS. Harga minyak dibuka naik tajam karena Gustav mengancam bertambah kuat menjadi sebuah topan yang menuju arah Teluk Meksiko. "Gustav dapat menjadi sebuah topan sebelum bergerak meninggalkan Jamaica," kata Pusat Topan Nasional AS dalam sebuah pernyataannya. Gustav, yang telah menerjang Haiti dan Republik Dominica sebagai sebuah topan pada Selasa dapat kembali menguat pada Jumat, kata pusat topan memperingatkan. Teluk Meksiko mencatat 26 persen dari produksi minyak mentah AS dan 11 persen produksi gas. Tetapi harga minyak kemudian turun kembali di tengah spekulasi tentang dampak akhir Gustav. "Proyeksi terakhir untuk Badai Tropis Gustav memberikan kesan peluang gangguan utama dalam produksi minyak sedikit menurun," kata Al Goldman, analis pada Wachovia Securities. Mike Fitzpatrick dari MF Global mengatakan bahwa "sekalipun jika kerusakan dari badai itu kecil, itu masih dapat signifikan" karena kapasitasnya terbatas. "Lingkungan dari kapasitas yang jarang berarti bahwa setiap barrel minyak yang hilang akan dirakan pasar, terutama karena musim dingin di belahan utara hanya di sekitar pojok saja," kata dia. "Sekalipun jika badai membelok ke barat dan selatan dari arah infrastruktur produksi di Teluk, batas luar yang menghasilkan jumlah curah hujan luar biasa akan menempatkan kilang-kilang penting sepanjang pesisir Texas dalam bahaya banjir." Ancaman Gustav mengangkat ingatan suram dari badai Katrina dan Rita pada 2005 yang merusak atau menghancurkan sekitar 165 anjungan minyak dari sekitar 4.000 lokasi di Teluk. Pasar minyak juga mengikuti meluasnya ketegangan antara Georgia dan Rusia, negara produsen minyak mentah terbesar di dunia. Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar, merasa cemas bahwa setelah konflik Georgia, minat strategis AS di Ukraina dan Azerbaijan -- khususnya dalam minyak -- dapat menjadi risiko serius. Sinyal jelas dari kekhawatiran AS itu Wakil Presiden Dick Cheney pekan depan akan berkunjung ke Georgia, Ukraina dan Azerbaijan, kata para analis, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008