London (ANTARA News) - Harga minyak turun tajam pada Kamis akibat aksi ambil untung (profit-taking), namun diperkirakan naik kembali "rebound" karena Badai Tropis Gustav bergerak melintasi Teluk Meksiko ke arah fasilitas minyak dan gas, kata para pedagang. Harga minyak naik awal Kamis di tengah kekhawatiran badai dapat memukul produksi dan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat, setelah Moskow menyerbu Georgia. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, berada pada 114,90 dolar AS per barrel, turun 3,25 dolar AS dari penutupan Rabu. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, menyusut 2,68 dolar AS menjadi 113,54 dolar AS, setelah awal Kamis melesat di atas 118 dolar AS. "Saya yakin aksi ambil untung di balik penurunan harga," kata Presiden Excel Futures, Mark Waggoner, seperti dikutip oleh Dow Jones Newswires. "Itu barangkali sesaat. Saya pikir akan kembali bergerak naik karena Gustav," tambah dia. Badai Tropis Gustav menerjang Jamaica, Kamis, setelah diklaim menewakan sekitar dua lusin di Haiti dan Republik Dominica. "Gustav dapat menjadi sebuah topan sebelum bergerak meninggalkan Jamaica," kata Pusat Topan Nasional AS dalam sebuah pernyataannya. Gustav, yang telah melanda Haiti sebagai topan kategori satu pada Selasa dapat kembali menjadi topan kuat pada Jumat, katanya memperingatkan. "Pasar minyak sedang menunggu Gustav," kata analis PetroMatrix, Olivier Jakob. "Badai masih berpotensi bergerak ke arah aset-aset minyak di Teluk AS namun saat ini diperkirakan belum memperlihatkan biang dari seluruh topan." Teluk Meksiko mencatat 26 persen dari produksi minyak mentah AS dan 11 persen produksi gas. Pada 2005, topan Katrina dan Rita merusak atau menghancurkan sekitar 165 anjungan minyak dari sekitar 4.000 lokasi di Teluk. Pasar minyak juga mengikuti meluasnya ketegangan antara Georgia dan Rusia, negara produsen minyak mentah terbesar di dunia. Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar, merasa cemas bahwa setelah konflik Georgia, minat strategis AS di Ukraina dan Azerbaijan -- khususnya dalam minyak -- dapat menjadi risiko serius. Sinyal jelas dari kekhawatiran AS itu adalah bahwa Wakil Presiden Dick Cheney pekan depan akan berkunjung ke Georgia, Ukraina dan Azerbaijan, kata para analis. Gedung Putih, mengatakan Presiden George W. Bush telah memberikan Cheney pekerjaan untuk mendiskusikan minat umum AS dengan rekanan-rekanan utamanya itu. Namun, Gedung Putih tidak secara khusus mengidentifikasi minat tersebut, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008