Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo(Jokowi) dalam beberapa kali kesempatan menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur transportasi, khususnya di wilayah tengah dan timur Indonesia dalam upaya mempermudah dan memperlancar konektivitas barang dan masyarakat.
Pada pidato pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 di Gedung DPR/MPR pada 20 Oktober 2019, Presiden Jokowi kembali menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur masih menjadi fokus kerja pemerintah selama lima tahun ke depan.
Infrastruktur menjadi hal penting untuk menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi yang mempermudah akses ke kawasan pariwisata sehingga dapat mendongkrak pembukaan lapangan pekerjaan baru yang pada akhirnya dapat mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat.
Salah satu BUMN yang berkepentingan membangun infrastruktur adalah PT Angkasa Pura I (Persero) yang terus mengembangkan beberapa bandaranya untuk mendukung komitmen pemerintah dalam mewujudkan konektivitas udara di wilayah tengah dan timur Indonesia.
Adapun beberapa bandara tersebut yaitu Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo, Bandara Lombok Praya, dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi dalam keterangan tertulis mengatakan seiring dengan fokus pemerintah pada pengembangan infrastruktur transportasi tersebut, Angkasa Pura I juga terus mendorong pengembangan beberapa bandaranya di wilayah tengah dan timur Indonesia.
Untuk Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin hingga 20 Oktober 2019, progres proyek pengembangan yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sudah mencapai 93,6 persen dan ditargetkan dapat mulai dioperasikan dan diresmikan pada akhir 2019.
Dengan adanya terminal baru ini akan menambah kapasitas terminal penumpang menjadi tujuh juta penumpang per tahun, lebih besar hampir lima kali lipat dari kapasitas terminal lama yang hanya dapat menampung 1,5 juta penumpang per tahun. Pada 2018 lalu Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin melayani 3,9 juta penumpang, naik 7,1 persen dibanding trafik penumpang pada 2017.
Proyek pengembangan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menelan dana sekitar Rp2 triliun ini terdiri pembangunan terminal baru, perluasan apron, dan perluasan terminal kargo. Setelah selesai 100 persen, luas terminal penumpang bertambah menjadi 77.569 meter persegi (kapasitas 7 juta penumpang per tahun) dari 9.043 meter persegi (kapasitas 1,6 juta penumpang per tahun).
Sementara luas apron bertambah menjadi 129.812 meter persegi yang dapat menampung 16 pesawat berbadan sempit (narrow body) dari 80.412 meter persegi yang hanya dapat menampung 8 pesawat narrow body. Sedangkan perluasan terminal kargo tahap 1 nantinya akan dapat menampung 44.000 ton per tahun dari 22.297 ton per tahun. Dengan desain terminal seperti perahu jukung dan atap terminal yang menyerupai intan, bandara ini akan menjadi ikon kebanggaan baru bagi Kalimantan Selatan.
Sementara Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo hingga 27 Oktober 2019, progres pembangunan mencapai 86,4 persen dan ditargetkan penerbangan domestik dapat beroperasi penuh pada Januari 2020. Sedangkan penerbangan internasional dapat beroperasi penuh pada Maret 2020.
YIA merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diamanatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada Angkasa Pura I. YIA mendesak untuk dibangun mengingat Bandara Adisutjipto yang ada saat ini sudah dalam kondisi kekurangan kapasitas (lack of capacity).
Setelah pembangunan tahap I selesai (awal 2020), YIA akan memiliki terminal penumpang 3 lantai seluas 219.000 meter persegi dengan kapasitas 15 juta penumpang per tahun, landas pacu (runway) sepanjang 3.250 x 45 meter, empat unit garbarata, luas apron 371.205 meter persegi (kapasitas 22 parking stand), luas terminal kargo 12.000 meter persegi (kapasitas 40.300 ton per tahun), serta gedung parkir 3 lantai dengan luasan area 137.280 meter persegi yang mampu menampung hingga ribuan kendaraan.
Sedangkan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar proyek pengembangan sudah mulai pekerjaan desain dan perluasan terminal 1 serta apron selatan-timur. Hingga 20 Oktober 2019, progres pengembangan terminal sudah mencapai 16,3 persen dan ditargetkan dapat selesai pada awal 2021.
Pada proyek pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin ini terminal penumpang akan diperluas menjadi 166.815 meter persegi yang dapat menampung 15 juta penumpang per tahun dari luasan terminal eksisting 51.815 meter persegi dengan kapasitas 7 juta penumpang per tahun. Selain itu, apron juga akan diperluas menjadi 385.346 meter persegi (kapasitas 53 parking stand) dari luasan eksisting yang hanya 185.500 meter persegi (kapasitas 42 parking stand)
Bandara lainnya
Selain ketiga bandara tersebut, pada Agustus 2019 perluasan terminal Bandara Adi Soemarmo Solo sudah rampung yang menambah kapasitas menjadi 1,3 juta penumpang per tahun dari kapasitas sebelumnya yang hanya sekitar 800 ribuan penumpang per tahun. Terminal Bandara Adi Soemarmo juga terkoneksi langsung dengan stasiun kereta bandara yang juga sudah rampung. Pada akhir 2019 nanti, stasiun kereta api bandara diharapkan sudah dapat beroperasi.
Selain itu untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang menjadi lokasi penyelenggaraan MotoGP 2021, Angkasa Pura I juga tengah mengembangkan Bandara Internasional Lombok Praya melalui perpanjangan landas pacu (runway) dari 2.750 meter menjadi 3.330 meter, perluasan terminal menjadi 40 ribu meter persegi yang dapat menampung 7 juta penumpang per tahun.
Pengembangan bandara-bandara Angkasa Pura I dilakukan untuk memperluas konektivitas dan meningkatkan kapasitas trafik angkutan udara di wilayah tengah dan timur Indonesia sehingga dapat mendukung arus wisatawan mancanegara ke berbagai wilayah di Indonesia.
Pada akhirnya pengembangan juga dapat mewujudkan target nasional 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2020 bisa terwujud.
Baca juga: Menhub fokus percepat konektivitas dukung pariwisata dan logistik
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019