Surabaya (ANTARA News) - Kemampuan Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) menyediakan alat utama sistem senjata (alusista) masih perlu ditingkatkan, agar nantinya dapat tewujud kemandirian.
"BUMNIS saat ini sudah memiliki kemampuan awal, karena itu perlu dikembangkan," kata Dirjen Sarana Pertahanan (Ranahan) Departemen Pertahanan (Dephan), Marsekal Muda TNI Eris Herryanto, di Surabaya, Kamis.
Dirjen Ranahan di Surabaya dalam rangka menghadiri peluncuran kapal "Landing Platform Dock" (LDP) senilai 15,9 juta dolar AS (bukan 19,9 juta dolar AS seperti diberitakan sebelumnya), pesanan Dephan untuk memperkuat jajaran TNI AL di PT PAL Indonesia.
BUMN yang selama ini masuk industri strategis diantaranya PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad dan PT Dahana.
Menurut Dirjen Ranahan, BUMNIS tersebut telah memiliki kemampuan awal untuk mewujudkan kemandirian dalam penyiapan alutsista.
Menyinggung anggaran pengadaan sarana pertahanan, Eris Herryanto mengemukakan bahwa Dephan telah menyusunnya dalam kurun waktu tertentu, yakni 2005-2009.
Ia mengakui, diantara pendanaan yang dibutuhkan tersebut, sebagian diantaranya dengan kredit ekspor yang nilainya sekitar 3,7 miliar dolar AS.
Sedangkan anggaran untuk Dephan dari pemerintah pada 2008 sekitar Rp36 triliun dipotong 10 persen, dan pada 2009 sekitar Rp35 triliun.
Untuk pengadaan sarana pertahanan, katanya, masing-masing angkatan telah menyusun skala prioritas. "Dari `postur` yang ada, saat ini ada 31 item yang sedang dalam proses dan dikomunikasikan dengan pemerintah melalui Bappenas," katan Dirjen Ranahan.
Sementara Dirut PT PAL Indonesia, Hars Susanto mengkui bahwa untuk pembangunan kapal, saat ini sekitar 80 persen bahan bakunya masih impor dan baru 20 persen kandungan lokal (local content).
Bahan baku pembangunan kapal yang saat ini masih impor diantaranya interior, baja, kabel dan mesin (engine).
Karena itu, ia berharap, industri-industri pendukung bisa tumbuh, sehingga kandungan lokal meningkat dan akhirnya "delivery time" juga bisa lebih cepat seperti terjadi di Korea dan Cina.
"Korea dan China 90 persen kebutuhan bahan bakunya sudah dipenuhi dari dalam negeri," katanya menambahkan. (*)
Copyright © ANTARA 2008