Idlib, Suriah (ANTARA) - Kelompok oposisi dan anti-rejim memulai operasi pada Sabtu (2/11) di daerah pedesaan Provinsi Latakia setelah Pemerintah Presiden Bashar al-Assad dan gerilyawan asing menyerang daerah permukiman di zona penurunan ketegangan di Idlib.
Bentrokan sengit antara kedua pihak terjadi di Hama, desa di pinggir barat-laut Latakia, dan garis depan Bukit Kabina yang berada di persimpangan Latakia dan Desa Idlib dan memiliki kepentingan strategis, kata Muhammad Rashid dan Tentara Nasir, satu faksi Tentara Nasional Suriah (SNA) kepada Kantor Berita Anadolu.
Baca juga: PBB: 94.000 orang Suriah telah pulang ke rumah mereka
Bentrokan terjadi setelah empat warga sipil tewas dalam serangan udara Rusia di Idlib dan Latakia pada pagi hari yang sama.
Rashid mengatakan sedikitnya 20 tentara rejim disandera dan kekuasaan atas Desa Tal Risho, Tal Al-Malik, Tal Al-ballut, Tal Rasha dan Karmil diambil-alih dari pasukan rejim, demikian laporan Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad. Satu tank dan senjata berat juga rusak, ia menambahkan.
Ia menyatakan setelah pesawat tempur Rusia melancarkan pemboman gencar terhadap garis depan, kelompok oposisi dipaksa mundur dari tempat yang dibebaskan dari pasukan rejim.
Baca juga: SNA jamin keselamatan warga sipil
Pasukan pemerintah mengirim rombongan militer ke Idlib dan Latakia pada awal Oktober.
Pada 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib jadi zona penurunan ketegangan, tempat aksi agresi secara terbuka dilarang.
Zona penurunan ketegangan saat ini menjadi tempat tinggal empat juta warga sipil, termasuk ratusan ribu orang yang kehilangan tempat tinggal dalam beberapa tahun belakangan oleh pasukan pemerintah di seluruh negara yang dirongrong perang itu.
Baca juga: Militer Suriah capai prestasi penting dalam pertempuran di Suriah selatan
Suriah telah dilanda perang saudara keji sejak awal 2011, ketika pemerintah Presiden Bashar al-Assad menindas protes pro-demokrasi dengan kekuatan yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Ratusan ribu orang sejak itu telah tewas dan lebih dari 10 juta orang lagi mengungsi, kata para pejabat PBB.
Sumber: Anadolu Agency
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019