"Kita akan mengangkat peristiwa sejarah, kita juga akan mengangkat perorangan, sejarah klasik kita, sejarah modern kita," ujar Direktur Utama PFN, Judith J. Dipodiputro ditemui usai acara "Merajut Kebangsaan Melalui Keterbukaan Informasi" di Jakarta, Minggu.
Judith mengatakan hal tersebut saat ini masih ada pada tahap awal diskusi, dan rencananya akan dieksekusi dalam waktu dekat, awal tahun depan.
"PFN mengambil bagian yang mungkin tidak terlalu banyak dilakukan, yaitu film-film yang perlu, film-film sejarah, mungkin dari segi komersial tidak diminati diproduksi oleh swasta tetapi memang negara memerlukan, anak-anak perlu tahu," kata Judith.
"Bangsa kita mungkin saat ini kenapa lebih bangga berbudaya orang lain, karena kita tidak mengetahui sejarah betapa hebatnya bangsa kita," lanjut dia.
Tidak hanya film sejarah, Judith mengatakan, sebagai bagian dari tugas PFN untuk memproduksi film yang mencerdaskan dan mendidik masyarakat, PFN juga akan memproduksi feature atau film fiksi yang berkaitan dengan budaya.
Hasil produksi film tersebut, menurut Judith, tidak melulu ditayangkan di layar lebar, namun PFN akan kembali menghidupkan film layar TV dan juga serial.
Salah satu film seri televisi yang berkaitan erat dengan budaya Indonesia adalah "Unyil", yang akan dihidupkan kembali oleh PFN.
"Unyil akan kita hidupkan kembali. Unyil, bapak, ibu dan teman-temannya, adalah suatu komunitas yang sangat Indonesia. InshaAllah kalau semuanya lancar Unyil pun akan ada layar lebarnya," kata Judith.
Baca juga: Sinergi BUMN, PFN bangun Creative Hub perfilman
Baca juga: PFN bakal gandeng sineas milenial untuk produksi 21 film sampai 2023
Baca juga: PFN ingin animasi Unyil ditayangkan TV nasional
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019