Tokyo (ANTARA) - Kisah tentang 47 ronin, samurai tak bertuan, yang membuat rencana untuk membalas dendam demi pemimpin mereka yang dihukum bunuh diri sudah terkenal di Negeri Sakura.
Cerita ini diadaptasi menjadi berbagai produk budaya populer, yang terbaru adalah film "The 47 Ronin in Debt" ("Kessan! Chushingura").
Baca juga: Japanese Film Festival, dari samurai hingga Ghibli
Bukan strategi menyerang yang jadi tema utama, melainkan cara mengatur keuangan agar semua berjalan sesuai rencana.
Sebab, balas dendam ternyata bisnis yang memakan biaya. Alih-alih memperlihatkan adegan dua samurai saling bertarung dan menyabetkan pedang masing-masing, di sini penonton justru melihat sekelompok akuntan dengan sempoa sebagai senjata.
Mereka sibuk menghitung keuangan sampai-sampai jari-jemarinya terluka saking terlalu sering dipakai untuk menggeser biji sempoa.
Terinspirasi dari catatan neraca keuangan betulan, film ini mengangkat kisah klasik Jepang "The 47 Ronin" dari sisi berbeda dan menghibur.
Baca juga: Martin Scorsese dan Kiyoshi Kurosawa dianugerahi Samurai Award
Pada 1701, pemimpin feodal bernama Asano diperintahkan pemerintah untuk bunuh diri karena ia berusaha menghilangkan nyawa Kira, seorang birokrat pemerintah. Tangan kanan Asano, Kuranosuke Oishi, kemudian memimpin proses balas dendam yang melibatkan 47 ronin.
Namun, tak ada yang pernah mengungkapkan bahwa kejadian tersebut memakan biaya yang sangat besar. Film ini terinspirasi dari catatan keuangan yang ditulis oleh Kuranosuke Oishi, pemimpin penyerangan.
Disutradarai Yoshihiro Nakamura ("The Magnificent Nine”, “Golden Slumber”, ”Mumon: The Land of Stealth”), film komedi ini dibintangi oleh Shinichi Tsutsumi, Takashi Okamura, Gaku Hamada, Yu Yokoyama dan Satoshi Tsumabuki.
Baca juga: Alicia Vikander menyelami budaya Jepang untuk film "Earthquake Bird"
Sebagian dari pemeran adalah para komedian yang menyuntikkan kelucuan dalam film ini.
Untuk orang yang tidak familier dengan kisah 47 ronin, film ini mungkin agak sulit diikuti karena ada banyak tokoh yang bermunculan dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Namun, pencinta film samurai bisa mendapatkan angin segar lewat sudut pandang yang tidak biasa.
Ketika merencanakan perjalanan dari Ako ke Edo dan sebaliknya, yang diperlihatkan bukan petualangan, tetapi uang yang bakal digelontorkan untuk kebutuhan ini dan itu. Begitu juga biaya untuk membeli senjata, mempersiapkan seragam dan mengelabui musuh dengan bersenang-senang bersama geisha.
Kurangnya dana juga membuat para ronin harus memutar otak agar jumlah rombongan yang akan bertarung dikikis sehingga tidak defisit.
"The 47 Ronin in Debt" ditayangkan dalam special screening di Festival Film Internasional Tokyo 2019.
Baca juga: "Uncle", secuplik kehidupan dan mimpi di pedesaan Denmark
Baca juga: "Old Men Never Die", lansia mencari malaikat pencabut nyawa
Baca juga: "A Beloved Wife", dinamika hubungan suami istri yang tak selalu manis
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019