Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu pagi, menguat, menyusul aksi beli pelaku pasar atas mata uang lokal tersebut, setelah beberapa hari lalu tertekan akibat merosotnya harga minyak mentah dunia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik 17 poin menjadi Rp9.162/9.165 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.179/9.181 per dolar. Pengamat pasar uang, Farial Anwar, mengatakan kenaikan rupiah saat ini dinilai wajar, setelah beberapa hari terpuruk, akibat tekanan pasar global dengan turunnya harga minyak mentah dunia. Para pelaku pasar menilai saatnya untuk membeli rupiah dengan melepas dolar AS yang telah mengalami kenaikan cukup tinggi dalam beberapa hari ini hingga mendekati angka Rp9.200 per dolar AS. Farial mengatakan, membaiknya rupiah juga tidak luput dari dukungan Bank Indonesia (BI) ke pasar uang melakukan intervensi melihat posisi rupiah terus terpuruk mendekati angka Rp9.200 per dolar AS. BI khawatir rupiah akan menembus angka Rp9.200 per dolar AS apabila tekanan negatif itu dibiarkan berlanjut, ucapnya. BI menilai posisi rupiah akan aman di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, namun apabila berada di atas level Rp9.200 per dolar AS, pergerakannya akan terus mendapat tekanan pasar. "Kami optimis dengan masuknya BI ke pasar maka posisi rupiah akan terus membaik sehingga mendekati angka Rp9.150 per dolar AS," katanya. Pergerakan rupiah yang saat ini berkisar antara Rp9.150 sampai Rp9.175 per dolar AS sebenarnya cukup stabil,menunjukkan kepercayaan investor cukup tinggi. Rupiah sebelumnya sempat naik mencapai angka Rp9.080 per dolar AS, namun dengan merosotnya harga minyak mentah dunia hingga mencapai angka 114 dolar AS, rupiah kembali tertekan sampai pada kisaran tersebut. "Kami optimis rupiah akan tetap berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, karena masuknya BI ke pasar dengan melepas cadangan dolarnya," katanya. Sementara itu dolar AS dalam waktu singkat mencapai posisi tertinggi terhadap euro, karena pasar mempertimbangkan fakta terakhir dari pelambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan data sektor perumahan AS. Euro turun ke posisi terendah menjadi 1,4653 dolar dari sebelumnya 1,4751 dolar. Greenback meningkat menjadi 109,67 yen, dari 109,31 yen. Pound turun ke posisi terendah 1,8331 dolar, terendah sejak Juli 2006. Sterling merosot di tengah kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi Inggris, setelah data baru-baru ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua. Pasar memperkirakan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). (*)
Copyright © ANTARA 2008