Moskow (ANTARA News) - Rusia akan menghentikan kerjasama dengan NATO sebagai ungkap protes negara itu terhadap sikap pakta militer Barat tersebut dalam soal konflik di Georgia. Utusan Rusia untuk NATO Dmitry Rogozin menilai reaksi NATO terhadap konflik di Kaukasus sebagai tidak pantas, tidak jujur, bermuka-dua, dan sinis sekali.Rusia juga menuduh aliansi militer Eropa itu melakukan pendekatan blok-blokan, berpandangan sempit dan seolah-olah telah membeku dalam Zaman Batu dari Perang Dingin. Meskipun sengit mengecam sikap NATO dalam soal Georgia, Rogozin menyatakan Rusia akan berusaha mempertahankan kerjasama dengan Barat di bidang lainnya, terutama di sejumlah bidang khusus. "Pemimpin militer Rusia telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan kerjasama militer dengan NATO, dan saya ingin menjelaskan apa maksudnya," kata Rogozin. Rusia mengancam tidak akan lagi menerima kunjungan para pejabat NATO ke Rusia, termasuk rencana kunjungan Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer ke Rusia Oktober nanti. Pasukan Rusia juga akan menunda partisipasinya pada latihan militer bersama dan dalam Operasi Usaha Aktif, patroli anti-terorisme di Laut Tengah, dan melarang kapal perang NATO masuk berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Rusia Selain itu, Rusia akan membekukan kerjasama dalam skema Kemitraan untuk Perdamaian, program kerjasama bilateral NATO-Rusia yang rutin diikuti sejak 1994, dan bisa saja menghentikan operasi Pusat Informasi NATO di Moskow. Meski begitu, Moskow tidak akan menghentikan "dialog politik" dengan NATO, kata Rogozin. Rusia juga berencana meneruskan kontak diplomatik dengan NATO dan mempertahankan keikutsertaannya dalam Dewan Kemitraan Euro-Atlantik, sebuah badan konsultatif yang terdiri dari negara NATO dan bukan-NATO. Bidang-bidang kerjasama lainnya yang masih dipertahankan Rusia diantaranya adalah soal non-proliferasi senjata nuklir dan kerjasam anti-perdagangan obat bius termasuk pelatihan polisi anti-narkotika Afghanistan di satu fasilitas dekat Moskow. "Sikap pemimpin kami, Afghanistan adalah kekecualian," kata Rogozin seraya menunjuk perjanjian yang ditandatangani April yang membolehkan NATO mengangkut melalui Rusia muatan bukan-militer yang ditujukan ke Afghanistan. Rogozin mengingatkan NATO untuk bersikap bijaksana untuk mempertahankan hubungan baik dengan Rusia mengingat situasi yang sulit di Afghanistan di mana Pasukan Multinasional beranggotakan 53.000 tentara pimpinan-NATO sedang berjuang memadamkan pemberontakan pimpinan Taliban. Hubungan Rusia-NATO menyentuh titik terendah sejak "Perang Dingin" pecah bulan ini setelah NATO memberi dukungan kepada Georgia dalam konflik melawan Rusia. NATO telah menunda pertemuan Dewan NATO-Rusia dan Sekjen NATO Scheffer telah mengancam Rusia dengan mengatakan "NATO tidak lagi bisa menempuh langkah biasa" sepanjang tentara Rusia masih di Geogia. Rogozin menekankan, Moskow telah mengambil pendekatan pragmatis dengan meninjau kembali bubungannya dengan NATO dan menyalahkan aliansi pertahanan Eropa itu bersalah karena hubungan yang tiba-tiba mendingin antara NATO-Rusia belakangan ini."Kami telah menempuh langkah apa pun yang mungkin untuk mempertahankan kemitraan (NATO-Rusia) itu," kata Rogozin. Rusia mengirimkan tentara dan kendaraan lapis bajanya secara besar-besaran ke Georgia bulan ini untuk memukul mundur Georgia dari wilayah Ossetia Selatan yang didukung-Moskow dan tentara Rusia sudah sangat dalam mengintervensi negeri di Kaukasus itu.(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008