Produksi makanan dan minuman dengan pangsa cukup besar mengalami penurunanJayapura (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua menyatakan kerusuhan yang terjadi di Bumi Cenderawasih khususnya Kota Jayapura dan Jayawijaya menyebabkan produksi industri manufaktur mikro serta kecil pada triwulan ketiga 2019 mengalami penurunan negatif sebesar 1,03 persen.
Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Papua Beti Yayu Yuningsih di Jayapura, Jumat, mengatakan pertumbuhan negatif sebesar 1,03 persen jika dibandingkan dengan triwulan kedua 2019 dan berada di bawah pertumbuhan nasional yang tumbuh positif sebesar 0,29 persen.
"Produksi makanan dan minuman dengan pangsa cukup besar mengalami penurunan masing-masing yaitu 2,55 persen dan 10,44 persen dari triwulan kedua pada 2019," katanya.
Menurut Beti, selain adanya kerusuhan, permintaan makanan dan minuman di Papua kembali menurun setelah mengalami kenaikan di triwulan kedua pada 2019 karena adanya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
"Secara nasional, perfoma industri dapat dilihat melalui 'Purchasing Manufacturing Index' (PMI)," ujarnya.
Dia menjelaskan nilai PMI terbit setiap bulannya dan jika nilainya lebih besar dari 50, ini mengindikasikan industri secara nasional mengalami percepatan.
"Namun, sebaliknya jika PMI nilainya kurang dari 50, ini perlu diwaspadai karena mengindikasikan industri nasional sedang mengalami perlambatan," katanya lagi.
Dia menambahkan secara nasional, PMI pada triwulan tiga 2019 dari Juli-September bernilai kurang dari 50, dengan demikian, kondisi manufaktur dj Papua pada triwulan yang sama juga sejalan dengan PMI.
Baca juga: Tokoh Papua minta Presiden bangun kembali Wamena pascakerusuhan
Baca juga: NU Jayapura tolak seruan jihad ke Papua
Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019