Cirebon (ANTARA News) - Sekretaris DPRD Kota Cirebon Dra Tati Suryawati menyatakan permintaan maaf kepada wartawan karena telah mencantumkan sub pos anggaran "dana liputan wartawan " padahal tidak pernah ada dana yang keluar bagi wartawan yang meliput kegiatan di DPRD Kota Cirebon. "Saya minta maaf karena ada istilah yang tidak tepat yang membuat wartawan tercemar nama baiknya. Terus terang tidak ada yang keluar dari pos anggaran itu untuk biaya wartawan yang meliput, semua pos anggaran itu untuk biaya langganan majalah dan surat kabar," katanya kepada wartawan di Gedung DPRD Kota Cirebon, Selasa. Ia menjelaskan, pos anggaran itu bernama "Belanja Surat Kabar dan Majalah" terbagi dalam dua sub pos anggaran yaitu pertama, biaya langganan surat kabar dan majalah dan kedua, dana liputan wartawan. "Sekali lagi saya tegaskan tidak ada dana yang mengucur kepada wartawan yang biasa meliput di dewan. Kalau ada pimpinan rekdaksi yang masih mencurigai ada wartawan yang menerima dana itu, saya siap membuat surat resmi," katanya. Ia menjelaskan dana pos anggaran itu mencapai Rp21.200.000 setiap bulan yang habis untuk langganan majalah, surat kabar dan pemasangan iklan di berbagai media massa. "Dana itu sangat kurang sehingga saya akui ada beberapa iklan yang sampai sekarang belum terbayar," katanya. Dalam pertemuan yang dihadiri Ketua PWI Reformasi Jawa Barat Budi Santoso dan Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Cabang Cirebon Masyuri Wahid itu, sejumlah wartawan meminta agar dana itu dihapuskan karena terkesan wartawan telah mendapatkan uang saat meliput kegiatan dewan. Ketua IJTI Cabang Cirebon Masyuri Wahid meminta agar ke depan tidak ada lagi pos dana liputan itu dan lebih baik justru diperlukan sosialisasi UU Pers dan kode etik jurnalistik kepada anggota dewan sehingga bisa memahami tugas dan fungsi wartawan. "Saya sayangkan ketika mencantumkan pos anggaran itu, tidak berkonsultasi dulu dengan stake holher termasuk organisasi pers yang ada di sini, supaya tidak terjadi salah persepsi," kata Masruri yang juga wartawan Indosiar. Haerudin dari Trans TV mengungkapkan, adanya dana liputan wartawan yang kemudian menjadi head line surat kabar lokal membuat keluarganya juga sempat bertanya-tanya apakah selama ini dana itu dinikmati wartawan. "Istri saya saja sampai bertanya-tanya apakah memang saya mendapat dana itu, padahal saya dan teman-teman tidak pernah menerima apapun selama meliput di dewan," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008