Denpasar (ANTARA News) - Bangsa Indonesia masih menghadapi kesenjangan teknologi digital atau digital divide antara masyarakat yang hidup di daerah terpencil dengan di perkotaan."Kita terus berupaya membangun jaringan sistem telekomunikasi dan telepon agar daerah terpencil tak lagi terisolir," kata Dr Moedjiono, M.Sc, staf ahli Bidang Hubungan Internasional dan Kesenjangan Digital, Departemen Komunikasi dan Informatika di Kuta, Bali, Selasa.Ia mengatakan, upaya tersebut terus dilakukan untuk membangun infrastruktur dengan sistem jaringan koneksi serat optik, yang dinilai lebih efektif."Koneksi ke internet bisa saja lewat satelit. Tetapi kalau menggunakan jaringan serat optik biayanya akan lebih murah," katanya di sela seminar bertema "Empowering Language Throught ICT". Moedjiono mengakui kondisi geografis wilayah Indonesia memerlukan biaya besar untuk membangun jaringan komunikasi, namun harus tetap diwujudkan walau bertahap. "Termasuk juga membangun perangkat lunak komputer berbahasa Indonesia. Jika hal itu dapat diwujudkan, akan memudahkan pengoperasian komputer, terutama bagi warga yang belum menguasai bahasa Inggris," ucapnya. Dalam rangka merealisasikan keinginan tersebut, perlu dibangun pemahaman dan perspektif yang sama dari para ahli, peneliti, akademisi, praktisi serta pengembang di bidang linguistik. Selanjutnya mereka bersama-sama menyiapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan sumber daya dari perangkat bahasa Indonesia dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Langkah yang harus ditempuh, kata Moedjiono, meliputi pembangunan fasilitas multibahasa di internet guna meningkatkan pengetahuan tentang komputer dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian pembangunan dan pengembangan perangkat bahasa Indonesia seperti pengecekan ejaan, tata bahasa, bentuk kata serta aturan-aturan tata bahasa Indonesia. Membangun mesin pencari bahasa Indonesia, mengembangkan perangkat perubah dari teks ke suara pembicaraan atau sebaliknya. Selain itu mengembangkan sumber pengetahuan digital di berbagai bidang secara bertahap sesuai prioritas kebutuhan, di antaranya bidang pendidikan, kesehatan, kepariwisataan dan hukum.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008