Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2019 sebesar 104,04 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,16 persen jika dibandingkan NTP pada bulan sebelumnya.

“Kalau dilihat angkanya naik tipis dan yang mengalami kenaikan hanya tanaman pangan dan hortikultura,” kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Jumat.

Kecuk, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) mengalami kenaikan 0,97 persen, yang terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1 persen, lebih tinggi dari indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,03 persen.

“Ini terjadi karena harga gabah meningkat, sehingga peningkatan yang diterima petani dari penjualan gabahnya juga meningkat. Itu yang menyebabkan NTPP juga meningkat,” ujarnya.

Menurut dia, hal yang sama terjadi pada tanaman hortikultura, di mana indeks harga yang diterima petani naiknya lebih tinggi dibandingkan yang diterima pertani.

“Tadi komoditas yang juga muncul di inflasi yaitu kenaikan bawang merah. Sehingga ini hal yang biasa terjadi di mana jika harga komoditas naik maka pendapatan petani akan meningkat. Ini yang perlu dicari titik harga keseimbangannya,” kata Suhariyanto.

Diketahui, NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

Selain itu juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.


Baca juga: Nilai Tukar Petani Agustus 2019 naik 0,58 persen
Baca juga: Nilai Tukar Petani April 2019 turun 0,49 persen
Baca juga: Emil Salim: NTP harus ditingkatkan

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019