Jakarta (ANTARA) - Praktisi pengelola konten media digital Yogi Hartono memotivasi para mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro Semarang agar dapat meningkatkan kemampuan menilik persaingan di dunia kepustakaan makin kompetitif di era Revolusi Industri 4.0.
"Lulusan Prodi Ilmu Perpustakaan juga mampu bekerja di mana pun karena selalu ada informasi yang butuh diorganisasi. Lulusan ilmu perpustakaan tak hanya berakhir di meja perpustakaan saja," kata Yogi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Perpustakaan harus merespons perkembangan zaman, sebut akademisi
Dalam kuliah umum di kampus Undip baru-baru ini, dia mengajak lulusan Prodi Ilmu Perpustakaan dapat mengembangkan diri meski kini data fisik seperti buku keberadaannya terancam oleh media digital.
Menurut dia, ledakan informasi saat ini seiring dengan tren sumber data yang mulai berubah. Hal itu tentu memicu siapa pun untuk menyesuaikan diri dengan kompetensi yang jauh lebih adaptif.
Baca juga: Perpustakaan harus inovatif bantu tingkatkan minat baca masyarakat
Data survei AC Nielsen menyebut pada 2013 rating data daring masih rendah yaitu skala 2/10 atau kalah dari data tercetak dengan skor 9,5/10. Pada 2017, angka itu cenderung berbalik dengan data tercetak 4/10 dan data daring 6/10.
"Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan data secara 'online' juga diperlukan. Pertanyaannya, mau kerja apa setelah lulus? Mau jadi apa setelah lulus? Sudah jelas, lulusan prodi ilmu perpustakaan akan menjadi 'guardian of knowledge'," kata dia merujuk "guardian of knowledge" sebagai penjaga ilmu pengetahuan.
Baca juga: Kebutuhan pustakawan Indonesia capai 500 ribu orang
Menurut dia, lulusan Prodi Ilmu Perpustakaan harus memiliki kemampuan mengelola informasi yang kini sedang meledak dan tersusun secara acak.
"Lulusan Prodi Ilmu Perpustakaan akan membuat data-data ini dapat ditemukan dan digunakan kembali. Kini mari kita sudah mulai bisa beralih dari koleksi fisik ke konten dan aset digital," kata dia.
Baca juga: Perpustakaan harus tanggap perkembangan teknologi, sebut KITLV
Kendati begitu, dia mengingatkan kemampuan kepustakaan fisik tetap harus dijaga karena baik data nondigital dan digital memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
"Agar saling bersinergi satu sama lain karena kebutuhan informasi yang berbeda-beda tiap individunya," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019