Jakarta (ANTARA News) - Untuk melanjutkan proyek Jakarta Monorail (JM) yang sampai saat ini masih tertunda pembangunannya, dibutuhkan tambahan modal sekitar 124 juta dolar AS. "Jika tambahan modal ini dapat terpenuhi, maka pembangunan proyek JM diharapkan dapat segera dilaksanakan," kata Direktur PT Adhi Karya Tbk (ADHI), Indradjaja Manopol, sebagai salah satu pemegang saham proyek JM, di Jakarta, Senin malam. Menurutnya, saat ini modal yang baru dipenuhi (disetor) para pemegang saham proyek JM sekitar 20 juta dolar AS, padahal syarat modal yang harus dipenuhi untuk melanjutkan proyek JM sekitar 144 juta dolar AS. "Jadi masih butuh 124 juta dolar AS, agar pihak perbankan dapat mengucurkan kredit atau pinjaman dananya," ungkap dia. Indra mengatakan nilai proyek JM secara keseluruhan berdasarkan perhitungan tahun 2007 senilai 484 juta dolar AS. Proyek itu rencananya akan dibiayai dengan modal sendiri sebesar 30 persen (144 juta dolar AS) dan sisanya 340 juta dolar AS (70%) oleh perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Namun hingga saat ini para pemegang saham proyek JM baru mampu menyetor sekitar 20 juta dolar AS. Di antaranya ADHI menyetor sekitar 1,8 juta dolar AS dan pemegang saham lainnya, termasuk ITC, baru menyetor sekitar 18,2 juta dolar AS, sehingga totalnya baru 20 juta dolar AS. Pemegang saham proyek JM saat ini 91,02 persen dikuasai oleh ITC dan 7,62 persen oleh ADHI dan sisanya pemegang saham lainnya. "Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) belum lama ini pemegang saham ADHI hanya membolehkan perseroan melakukan tambahan modalnya sekitar 25 juta dolar AS," katanya. "Jika ADHI menambah modalnya 25 juta dolar AS dan pemegang saham lainnya juga melakukan hal yang sama dengan menambah modalnya sehingga tercapai angka 144 juta dolar AS, maka kepemilikan ADHI nantinya di proyek JM tinggal 20 persen atau berkurang dari pada saat ini sekitar 30,01 peresen," tambahnya. Sebagaimana diketahui sudah lebih dari setahun proyek JM tertunda pelaksanaannya. Pasalnya, pemegang saham tidak mampu menyetorkan modal yang telah ditetapkan sebesar 144 juta dolar AS. Bahkan kabarnya pemegang saham JM meminta Pemprov DKI Jakarta untuk mengambilalih proyek tersebut. Namun hingga kini Pemprov DKI belum dapat memberikan jawaban yang pasti apakah akan diambil alih atau tidak. Bahkan pihak ADHI yang juga kontraktor proyek JM mengklaim proyek JM menunggak utang sekitar Rp126,73 miliar. "Total piutang kami di proyek JM sekitar 126,73 miliar," kata Indra. Namun demikian, Indra tetap yakin proyek JM akan terus berjalan. "Kami sangat yakin pemerintah mempunyai jalan keluar atau solusi, karena bagaimanapun proyek JM ini sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah transportasi di Jakarta," ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008