Oleh Imam HanafiPontianak (ANTARA News) - Tidak ada yang mengetahui sejak kapan masyarakat Pulau Laut Kotabaru, memulai ritual melepas sepasang ayam jantan dan betina di Pulau Cinta, pulau kecil sekitar dua mil dari Pulau Laut. Mereka yang biasa melakukan ritual itu menyebutnya pesta adat Mallassuang Manu, yang berarti meminta jodoh. Muda-mudi di wilayah Pulau Laut Barat, Selatan, Tengah, dan Pulau Laut Kepulauan, Kotabaru, Kalimantan Selatan, adalah kelompok yang paling banyak melakukan ritual ini. Mereka umumnya memang meminta segera dipertemukan jodohnya oleh Allah SWT dengan cara melakukan ritual Mallasuang Manu. Dengan melepaskan sepasang ayam jantan dan betina di Pulau Cinta, pulau yang luasnya kurang dari 500 m3 dan hanya terdiri dari batu-batu besar dan sejumlah pohon laut tersebut, kaum muda-mudi akan segera mendapat jodoh. Selain melepaskan ayam jantan dan betina dari atas dua batu besar, yang terbelah dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan laut, muda-mudi yang datang ke Pulau Cinta, juga melaksanakan ritual mengikatkan sebuah tali di dahan dan ranting pohon laut, yang tumbuh di atas batu-batu besar, dengan harapan akan mendapatkan jodoh yang tidak akan terputus sampai maut menjemput. Tali atau benda-benda yang digantung di dahan dan ranting tersebut, biasa berupa pita warna-warni, plastik rafia, atau akar pohon, dan diberi benda-benda atau batu yang memiliki bentuk indah atau sapu tangan, sebagai tanda keinginanya digantungkan kepada Allah SWT. Usai memasang dan melaksanakan selamatan di Pulau Cinta, muda-mudi yang menggunakan kendaraan kelotok tersebut kembali pulang, dengan membawa harapan segera dipertemukan jodohnya. Setelah keinginannya tercapai bertemu jodohnya, mereka kembali mendatangi Pulau Cinta, pulai yang harus ditempuh dengan waktu sekutar 30 menit dari daratan Pulau Laut. Mereka kembali ke Pulau Cinta dengan menggunakan perahu yang dihiasi kain dan kertas warna-warni bersama pasangannya, untuk melakukan syukuran bersama kerabat dekat dan handai taulannya. Dalam selamatan itu disajikan beberapa menu makanan khusus yang tidak boleh ditinggalkan seperti, sanggar (pisang kepok yang di balut dengan tepung beras dan gandum dengan ditambah gula dan garam, kemudian goreng), serta minuman teh panas yang disajikan saat kedatangan pertama dan kedua kalinya itu. Mereka datang untuk melepas dan mengambil kembali tali serta benda yang diikat pada dahan dan ranting, untuk disimpan sebagai bukti keinginannya telah dikabulkan Allah SWT, mendapatkan jodoh dengan harapan terus dibimbing untuk menjadi keluarga yang sejahtera. Ritual yang dilaksanakan antara bulan Juli dan Agustus tersebut, disaksikan oleh ribuan wisatawan domestik dan manca negara, seperti Australia, Korea Selatan, dan China. Wisatawan luar negeri tersebut sebagian besar adalah keluarga dan kerabat karyawan perusahaan asing di wilayah itu, yakni perusahaan kepelabuhanan PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), dan perusahaan bahan baku bubur kertas PT Mangium Anugerah Lestari (MAL). Selain itu, wisatawan yang turut hadir juga berasal dari anak buah kapal (ABK), kapal-kapal asing dan dalam negeri yang kebetulan sedang bongkar muat batubara di PT IBT. Kemeriahan pesta adat Mallasuang Manu, merupakan kebanggaan daerah dalam mempromosikan Kabupaten Kotabaru. Meriahnya pesta adat asal suku Mandar, Sulawesi Selatan tersebut kini menjadi ajang wisata tahunan bagi masyarakat Kotabaru. Saat mengunjungi lokasi wisata beberapa waktu lalu, Wakil Gubernur Rosihan meminta kepada pemerintah setempat untuk mendukung pesta adat itu agar menjadi salah satu obyek wisata kebanggaan daerah. "Mallassuang Manu hendaknya terus dikembangkan dengan tetap melestarikan nilai-nilai kebersamaan dan saling cinta kepada sesama," kata Rosihan. Wagub juga meminta agar Pemkab Kotabaru meningkatkan sarana transportasi yang menghubungkan Teluk Aru dengan daerah lain. Di Pulau yang terdiri dari bebatuan yang ditumbuhi pohon-pohon laut serta kelapa itu, Sjachrani meminta dukungan Wagub pada Mallassuang manu tahun depan Rosihan membawa sejumlah pejabat Pemerintah Propinsi Kalsel. "Kotabaru harus giat mempromosikan obyek wisata daerah," katanya. Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Disparsenibud, Kotabaru, H Mahmud Dimyati, menyatakan, untuk menyambut tahun kunjungan wisata/Visit Indoensian Year (VIY) 2008, Kotabaru mengagendakan tiga kegiatan wisata budaya diantaranya, Mallasuang Manu, Maccera Tasi (Meneteskan darah binatang ke laut), serta lomba perahu katir (Kater Rice). "Kotabaru siap menyuguhkan kegiatan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lain," ujar Mahmud. Kotabaru juga memiliki banyak obyek wisata, seperti air terjun Tumpang Dua Sebelimbingan dan pantai Gedambaan di Pulau Laut Utara. (*)
Oleh
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008