Jericho, Tepi Barat, (ANTARA News) - Sepakbola Palestina kembali bangkit di Tepi Barat pertengahan pekan lalu setelah ditunda sejak tahun 2000 akibat perlawanan terhadap pendudukan Israel. Dua puluh dua tim dari seluruh kawasan Palestina akan bertanding dalam turnamen yang berlangsung selama tujuh bulan. Liga itu tidak diikuti oleh tim-tim dari Jalur Gaza.Penyebabnya, Israel melarang perjalanan maupun perdagangan keluar-masuk Jalur Gaza yang dikuasai oleh kelompok Hamas. Sejak Hamas merebut Jalur Gaza setahun lalu, pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas dilarang masuk ke daerah pendudukan di Tepi Barat. Kebangkitan kembali sepakbola di Tepi Barat adalah menyusul pemilihan Jibril Rajoub sebagai ketua perkumpulan sepakbola Palestina pada bulan Mei.Rajoub, seorang mantan pejabat keamanan senior di faksi Fatah, punya pengaruh di wilayah itu maupun di seluruh dunia Arab. "Liga ini akan membantu untuk memperbaiki tingkat pemain dan tim-tim kami," kata Naser al-Abbasi, jurubicara federasi. Pertandingan akan dilakukan di 10 stadion yang tersebar di Tepi Barat. Semua tim disponsori oleh perusahaan-perusahaan ternama Palestina. Pertandingan pembukaan dibuka pada Kamis pekan lalu antara kesebelasan Hilal al-Quds dari Yerusalem Timur yang dikuasai Arab melawan tetangganya, Silwan, yang berakhir tanpa gol. Sekitar lima ribu penonton menyaksikan permainan dengan tempo cepat tapi sembrono itu di kota dericho dekat Laut Mati. Pertandingan itu Didahului upacara yang dihadiri para pejabat tinggi Otoritas Palestina. Tak satu pun di antara 22 esebelasan itu yang sepenuhnya profesional. "Ini adalah tanda-tanda...bahwa orang Palestina ingin menjalani hidup normal. Kami menghasilkan olahraga, sastra, kebudayaan... Kami cinta sekali dengan hidup kami dan kami bertekad mencapai cita-cita kami," kata seorang petinggi Palestina, Saeb Erekat, kepada Reuters. Sementara itu Abbasi mengemukakan bahwa tim nasional Palestina berharap akan dapat menjamu lawan pada pertandingan di negeri sendiri. Tim nasional Palestina selama ini memainkan pertandingan resmi di luar negeri sebab badan persepakbolaan internasional, FIFA, menganggap wilayah Palestina tidak aman untuk pertandingan internasional. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008